Little Red Ridding Hood

Ibuku memintaku untuk pergi ke rumah nenek, dia bilang aku harus mengunjunginya akhir pekan ini. Sebelum pergi, dia memintaku untuk mengantarkan bingkisan yang di tutup oleh kain Merah muda, sangat cerah dan wangi aroma kue langsung semerbak di hidungku.

Ibuku berpesan, agar aku berhati-hati di jalan. Hati-hati dengan penebang kayu yang memiliki gangguan jiwa atau orang asing yang tidak pernah kau lihat sebelumnya, terutama, hati –hati dengan serigala buas yang lapar yang mungkin akan mengikutimu.

Aku mengenakan kerudung merahku dan segera berangkat ke rumah nenek. Aku berjalan dengan riang melewati sungai dan tepian hutan sembari berjalan dengan menari-nari, bersiul dan berdendang dengan nada yang aku suka.

Aku pikir, ibu terlalu berlebihan saat dia menghawatirkanku. Selain, aku bukan anak-anak lagi, ku rasa aku sudah terlalu sering mengunjungi rumah nenek.

Aku melihat rumahnya, mengetuknya, dan senyuman ramah nenekku terlihat di depanku.  Beliau memintaku masuk, namun aku berhenti untuk bertanya beberapa hal. “Nek, kenapa wajahmu terlihat lebih bundar?“
“agar bisa selalu memberikanmu senyuman cucuku“ ucapnya.

“Hidungmu juga terlihat lebih panjang?“ “agar bisa mencium aroma parfmmu saat kau datang cucuku“ ucapnya.

“ Rambutmu terlihat lebih putih juga?“ “ Tentu saja. Memang apa yang kau harapkan dari wanita tua yang tinggal di tepian Hutan. Rambut hitam klimis.“

Kami tertawa tergelagal beberapa saat, aku melangkah masuk dan melompat ke sofa, sementara nenek membuka bingkisan yang berisi kue kering yang masih hangat. “Oh, dari ibumu. Nenek selalu suka dengan kue-kue ini“ ucapnya. “kau tidak ikut makan cu?“ ucapnya menawariku. “Tidak nek. Perutku sudah penuh“

Aku melihat Nenek menegak susu hangat, dan menuangkanya pada gelas kemudian berjalan ke arahku. Namun ada yang salah denganya, saat dia membawa gelas-gelas itu, dia terjatuh. Tersungkur di depanku, gelas di tanganya jatuh ke lantai dan berceceran disana.

“Nek“ aku memanggilnya, namun dia tidak terbangun dari tempatnya. “Nek, Apa kau sudah mati??“ bisikku sembari mengguling-gulingkan badanya. Aku menyeret jasadnya, dan membuka pintu belakangku. 

Seorang pria dengan kapak melihatku. “Kau bisa memotong tubuhnya sekarang.. berikan pada serigala-serigala lapar. Dan sekarang kau bebas menempati rumah ini“ aku mengenakan Keudung merahku dan melangkah pulang. Aku bernyanyi dan menari sembari berdendang... 

“Sekarang!! Tidak akan ada lagi yang menyuruhku untuk pergi ke Rumah Nenek”


*Aku jadi berpikir, kenapa Dora tidak melakukan hal yang sama

Tamat

0 comments:

Post a Comment

 
Top