I Do Not Wish To See What I Long To See


Awalnya, aku takut bahwa hal ini hanya terjadi padaku. Saat kau bangun tidur dan mendapati diri sendirian tanpa adanya orang lain, kau tak bisa mencegah untuk bertanya-tanya apakah dirimu telah meninggal. Seiring berjalannya waktu, kurasa akan jauh lebih baik jika aku memang merupakan sosok hantu.



Butuh waktu untuk mengetahui bahwa orang lain juga ada dalam situasi yang sama, sebuah kebetulan rumit yag didasari pada kenyataan bahwa kami tidak lagi bisa melihat, mendengar, atau bahkan menyentuh satu sama lain. Kami memang masih hidup, namun rasanya seperti bahwa kami telah diurai menjadi spektrum-spektrum gelombang masing-masing, sehingga sebanyak sepluhu orang bisa saja duduk di sebuah bangku tanpa mereka mengetahui satu sama lain. Kursi itu bisa tiba-tiba patah, atau kau mungkin bisa merasakan embusan nafas hangat pada pipi, namun hanya itulah yang tersisa.

Kata “ganjil” bahkan tidak mampu menggambarkan apa yang kami alami. Hidup dalam tempat layaknya dunia hantu benar-benar terasa seram.

Bagaimana semua ini terjadi? tak seorang pun tahu. Yang kami ketahui hanyalah bahwa hidup tiba-tiba menjadi begitu hening, dan kesepian terasa sangat menyesakkan. Saat benda-benda seperti kursi dan pintu atau mobil nampak bergerak dengan sendirinya, ada sesuatu mengenai orang-orang hidup yang membuat kami tak mampu saling berhubungan. Hal ini bahkan sampai pada hal-hal seperti musik atau rekaman video. Jadi, saat kau masih bisa menikmati lagu-lagu dari Elvis atau Kurt Cobain, lagu-lagu pop yang baru hanya muncul sebagai instrumental belaka. Di foto pernikahanku, hanya foto diriku yang muncul. Kami berkomunikasi dengan cara menuliskan pesan-pesan, dan sungguh malang mereka yang tidak bisa membaca.

Beberapa orang menjadi pencuri atau perampok. Beberapa yang lain menjadi begitu tertekan sehingga gila. Banyak di antara yang lain yang meninggal, khususnya anak-anak kecil dan manula. Namun kebanyak orang terus bertahan hidup sebisa mungkin. Headline pada internet berisikan nada-nada semacam: “Inikah Akhir Dunia?” Sesekali, mereka memberi saran yang berarti. Banyak metode dilakukan untuk membantu anak-anak –walau terkesan putus asa- namun, saat kemudian ada bayi baru lahir dan tak seorang pun yang mampu menyentuh atau bahkan merawatnya? Lantas apa?

Namun, itu adalah gambaran besarnya. Tak ada satu pun di antaranya yang menjadi perhatianku sekaang. Awal sore ini, aku duduk di sofa, menonton sebuah film lawas (obyek pembunuh sepi yang populer akhir-akhir ini, sebab semua aktor yang sudah meninggal bisa muncul terlihat) ketika tiba-tiba bau parfum yang begitu akrab melintas, dan sebuah kertas pesan jatuh di pangkuanku.

Saat ini, rumah dipenuhi oleh ‘stciky notes.’ Tiap dinding ruang dipenuhi kertas-kertas kotak berwarna kuning itu, sebab, hanya itulah satu-satunya cara untuk meneriakan keberadaanku agar didengar oleh dunia yang luar biasa hening dan sepi ini. Hanya satu kata yang tertera di atas kerta-kertas itu:

“Jangan!”

Semua itu adalah jawaban atas pesan yang kutulis:

“Sayang, aku tak bisa terus hidup seperti ini. Kau akan melihatku sebentar lagi.” 


Tamat

0 comments:

Post a Comment

 
Top