Time Is Ticking

Aku menunggu begitu lama. 

Kutatap langit langit lembayung yang kelam. Aku menghela nafas berat, peganganku pada akaran akaran yang berisi bola bola kehidupan kristal jernih--suci, tak tersentuh, murni. Melangkah meninggalkan sebuah pohon besar, sebesar sebuah aliran sungai raksasa, yang berkulit kasar, namun penuh hawa kesejukan. Aku melepaskan tanganku, dan melaju diantara ruang hampa.

Mau tahu seperti apa rasanya ruang hampa?

Sungguh, manusia--apa kalian mampu menampung semua pengetahuan itu?

Tempat dimana hanya ada kegelapan. Takkan ada secercah suarapun, kau akan merasa tercabik oleh keheningan sejuta tahun dan akan merana oleh kegelapan yang merajam rajam tubuhmu dengan tak terelakkan. 

Dan kemudian kau mengambang, kau terisi oleh kekelaman sepanjang sejarah, kau akan mengetahui segalanya, semua misteri dan paradoks yang tergores didunia, pengetahuan yang melintasi peradaban dan jaman. Mulai dari terciptanya dunia yang mengerikan ini, sampai pada detik terakhir bumi ini pernah ada. Semuanya. Misteri pembunuhan John F. Kennedy dan George W Bush, bagaimana punahnya monster gigantik dinosaurus, kota hilang Atlantis, planet mengerikan dialam semesta, eksistensi makhluk dikedalaman Palung Mariana sekalipun. Ya, kau mendapatkan semua pengetahuan itu, namun setelah itu kalian, manusia meleleh seperti lilin yang kalah. Engkau tak mampu menanggung semua kebenaran itu, semua pengetahuan. Terlalu berat. Dan kalian hilang, untuk selamanya, diantara dimensi dimensi. Kalian tak akan bertahan didalam ruang hampa, semili detikpun.

Cukup ceritaku tentang ruang hampa. Aku tak akan binasa didalamnya. Aku tak selemah kalian. Dengan perlahan aku menembusnya, dan berhasil menerobosnya. Kini aku di sebuah, ah--bukan sebuah, tapi selembar. Ini mungkin akan rumit untuk kalian bayangkan. Selembar dunia.

Dunia yang dicat dengan gambar monster monster mengerikan, pria berpakaian hitam, mahkluk berambut panjang yang berjalan merangkak terbalik, semua itu abstrak diatas kanvas dunia. Selembar dunia yang di penuhi kehidupan jahat. Dan yang terpenting, disini tempat diamnya sisi gelap manusia. Sisi gelap manusia adalah gambaran manusia dibumi dengan mata merah.

Contoh, kau bilang? Kalian tak mengerti ya, baiklah. Akan kuterangkan. Andaikata kau memiliki seorang sepupu bernama Dee, maka dalam sketsa dunia kegelapan, ada sisi gelap Dee. Sisi gelapnya persis sama seperti Dee aslinya. Hanya saja matanya merah oleh amarah dan kulitnya pucat oleh kejahatan. Sisi gelap para manusia dinamakan Helix, semua manusia memilikinya. Sisi gelapnya akan berusaha melewati ruang hampa itu dan menembus kedunia manusia, menguasainya. Pada saat itu, ketika Helix Dee sudah berhasil masuk ke Dee asli, takkan ada lagi Dee yang baik hati, ramah, menawan.

Ah--bicara apa aku? Baik itu relatif bagi manusia, tak punya standar. 

Dunia kegelapan, aku mendongak ke gambaran gambaran monster itu, meski mereka hanya sebuah sketsa yang diciptakan Sang Pelukis, tapi sketsa itu hidup dan bergerak. Ya. Dunia kegelapan.

Aku mengeratkan tongkatku dan mengelus janggutku yang memutih dan rapuh. Aku melangkah perlahan. Dan mereka semua memandang kepadaku, tatapan haus dan amarah yang menggebu gebu. Mereka semua terlihat sama, sama sama menyorotkan kebencian.

"Berapa lama lagi kau akan menahan kami disini, hai Penjaga!"

"Kau tahu, kau tak bisa selamanya melawan kami."

"Menyerah saja dan tidak usah lindungi dunia manusia lagi."

Aku menutup mata. Waktuku memang hampir habis, dan kekuatanku melemah. Mereka akan bisa mengalahkanku sebentar lagi. Para makhluk dan helix manusia. Aku tak menjawabnya, kehilangan suara dan kata kata.

"Ha, ayolah penjaga. Jangan mengelak! Semakin banyak para manusia itu mencari tahu dan mempercayaia keberadaan kami, semakin hancur penghalang dunia mereka. Dan mereka bahkan tak menyadari mereka diambang bahaya." Ujar seekor makhluk yang kepalanya terpelintir panjang.

Dan itu, juga benar. Benar benar relevan dan tak terbantahkan.

Aku melangkah kembali, menembus ruang hampa yang buta gelap dan kembali ke sini, cakrawala keunguan yang dipenuhi akar akar kehidupan. Kembali ke pohon yang pertama pertama sekali kubilang, pohon raksasa kehidupan. Aku menengadah keatas, belum terlambat memperingatkan manusia. Kusentuh salah satu diantara milyaran gelembung kristal bening itu, gelembung yang mengambang mendominasi pohon itu.

Tiap bola bola itu adalah jiwa manusia. Ketika mereka mati, bola itu pecah, dan gelembung baru akan muncul saat ada kehidupan yang baru lahir dibumi. Begitu indah dan memesona. Dan sekarang mereka para makhluk keji itu akan merusaknya.

Kupandang selapis dinding tak terlihat yang melindungi pohon ini. Retakan dan pecahan terlihat menghiasinya. Mereka akan menghancurkannya dan menyerang.

Namun aku tak bisa mencegahnya. Aku telah renta, mencapai batasku. Aku... sudah tidak bisa menjadi penjaga, namun tak ada yang menggantikanku. Akulah penjaga terakhir setelah generasi ke 1377. Dan tanpaku, akan jadi seperti apakah dunia mereka? Karena aku sekalian pun bukan Sang Pelukis yang mencipta dan abadi.

Tik

Tik

Tik

Oh, waktuku sisa beberapa detik saja. 

Sekarang aku hanya ingin memberitahu kalian. Pesan terakhir dariku agar kalian tetap aman, tanpa gangguan makluk dari kanvas kejahatan itu. Adalah supaya tidak mencari tahu tentang keberadaan mereka.

Kalian mencari tahu keberadaan 'sesuatu' yang kalian sebut dalam dunia kalian sebagai 'hantu'. Dan kalau kalian telah mencari tahu tentang mereka, kalian akan memercayai eksistensi mereka. Kalian akan merasa mereka nyata, dan ia akan menjadi hidup berkat pikiranmu. Itu menjadikan dinding pelindung semakin hancur dan hancur. Dinding yang membatasi duniamu dengan mereka. Setelah dinding itu hancur total, tak ada lagi yang bisa menahan mereka menguasai kalian.

Kuharap pesan yang kukirimkan lewat teknologi di duniamu ini berhasil. Entahlah--melalui semacam tampilan kotak kotak berwarna biru, aku hanya meminjam tubuh seseorang dari kalian untuk mengetiknya dan memencetkan tombol send.

Tik 

Tik

Tik

Aku melihat mereka datang, menerjang nerjang pemisah itu. Sudah menembus ruang hampa. Waktuku sisa 4 detik.

Tik 

-

Tik.

-

Dan yang paling terakhir,

-

Tik.

-

Kalian tidak bisa mengalahkan mereka.

-

Tik.

-


Tamat

0 comments:

Post a Comment

 
Top