The Library

Aku dan Ibu mengunjungi tempat tinggalnya untuk berbelasungkawa dan menunjukan simpati pada bibi Lizzie. Ibu kemudian berbincang dengan bibi Lizzie dengan suara datarnya, dan aku menuju perpustakaan untuk menghindari suasana canggung dan membosankan penuh basa basi itu. Hingga kemudian, sebuah buku menarik perhatianku.
‘Allison.’
Nama tokoh utama dalam buku itu bernama Allison, sama sepertiku.
Rambutnya pirang, punya hidung bengkok serta mata hijau, sama sepertiku.
Lahir di Ohio tapi besar di Michigan, sama sepertku.
Dia selalu berharap ayahnya masih hidup agar bisa melindunginya dari sang ibu … benar-benar sama sepertiku.
Kesamaan itu terlalu sukar untuk diabaikan.
Dengan tangan gemetar, aku membuka halaman terakhir dari buku itu:
‘Allison merasa ngeri dengan apa yang baru saja ia temukan. Apakah buku yang ia temukan di perpustakaan pamannya merupakan kisah-kisah catatan mengenai orang-orang yang benar-benar ada? Apakah buku tersebut berisikan nasib dan takdirnya? Penuh rasa ingin tahu, dia hendak membaca bagian di mana hidupnya berakhir, namun kemudian, suara sang ibu mengalihkan perhatiannya ….’
“Allison,” panggil ibu denga nada tegang, “waktunya pulang.”
Kututup buku itu keras-keras, degup jantungku semakin cepat dan serasa berdentum-dentum layaknya langkah kaki maut yang semakin mendekat.
Hanya satu halaman tersisa.
Tamat
0 comments:
Post a Comment