Mr. Padewski’s Story

Tiga tahun yang lalu salah satu rekanku, yang sudah aku anggap seperti sahabatku sendiri, tiba-tiba menghilang dan berhenti bekerja.

namanya adalah Mr Padewski. berusia empat puluhan dan sangat dihormati disini. Kesehatanya, serta kebijaksanaanya sudah tidak di ragukan lagi, dia dulunya adalah seorang pelari, dan selalu dalam kondisi yang sempurna. Dia bekerja sekaligus mengincar gelar Master jadi ku pikir dia kemungkinan besar berhasil mengambil posisi yang bagus di tempat lain. Aku hanya berpikir itu cukup aneh maksudku; kenapa dia tidak mengatakan apapun pada teman-temanya yang selalu menghabiskan makan siang bersama-sama. Setidaknya aku ingin mendengar kalimat selamat tinggal atau apa’lah, satu hal lagi, Beberapa dari kami sudah mengenalnya selama sepuluh tahun lebih.

saat melihat kursi kosong di meja makan siang yang sering kami tempati bersama-sama sering kali membuatku bertanya-tanya ‘kemana dia pergi’. 
"Hei, apakah menurutmu Mr.Padewski memenangkan lotre atau sesuatu? Mendadak kaya sehingga dia tidak perlu bekerja lagi? Apakah ada yang tahu apakah Padewski mengambil pekerjaan lain atau sesuatu? Menjadi bos mungkin di tempat lain? Atau apakah dia mati? Apa yang sebenarnya terjadi dude menurutmu? "

Tak seorang pun bisa menjawab pertanyaan- rancau dariku. Mereka setidaknya tidak lebih tau dari apa yang aku tau. Intinya Dia tidak pernah datang kembali untuk bekerja. Aku mencoba browsing mencari namanya di google namun sia-sia belaka. Tampaknya dia tidak begitu peduli dengan media sosial, dia juga tidak memiliki catatan kriminal, tidak ada artikel atau surat kabar, tidak ada obituari ... tidak ada apa-apa yang bisa aku cari tahu darinya.

kemarin aku bertemu denganya. Karena begitu senangnya aku sampai berlari ke Mr. Padewski, dia sedang berada di pom Bensin. Seperti yang terjada pada umumnya ketika sahabat saling bertemu, aku langsung menjabat tanganya, dia tampak senang melihatku, tapi matanya sedikit berkaca-kaca kusam dan Terus terang, transformasi fisiknya sangat berbeda ketika terakhir kali kami bertemu. Dia setidaknya terlihat lebih kurus kering, terlihat sekali dia banyak kehilangan berat badan, sehingga aku bisa melihat dengan jelas bentuk wajahnya seperti lilin yang meleleh dengan wajah dan tulang-tulangnya yang menonjol. Rambut cokelatnya yang dulu terlihat menawan sudah berubah menjadi abu-abu tampak lembek dan basah.

"Hei, apa yang terjadi kepadamu?" aku bertanya dengan senyuman yang ceria sedikit hangat.

dulu Mr. Padewski adalah pendengar yang baik, seorang pria yang relevan dan sering memberi saran yang mendalam tentang hal-hal bagus, tapi dia tidak pernah memberi saran atau cerita yang rumit. Namun, hari ini. dia bercerita sesuatu yang sedikit membuatku tidak tahu harus mengatakan apa di luar POM Bensin. Aku masih belum bisa memikirkan hal lain, dan biasanya juga aku adalah tipe orang yang tidak mudah untuk terpengaruh.

Dia mengatakan, "Brandon, mungkin ini terdengar aneh namun ini benar-benar sesuatu yang masih tidak bisa ku mengerti"

Aku hanya tersenyum dan mengangkat bahu saat mendengarnya maksudku aku tidak benar-benar tahu apa lagi yang harus dilakukan.

Ada kesedihan yang tak terlukiskan dalam nada suaranya, dan begitu banyak rasa sakit dituangkan dari wajahnya saat menyampaikan sebagai berikut:

Pada pagi hari 4 Desember 2012 aku baru saja akan mandi sebelum bekerja, seperti yang kulakukan setiap pagi. Yah, aku mendengar seseorang menggedor pintu kamar mandi. Brandon, maksudku aku memang benar-benar mendengarnya. Aku tahu itu adalah anak tertuaku. Tiba-tiba dia berteriak, "Ayah! Ayah! Biarkan aku masuk!"

Aku berteriak kembali kepadanya, "Masuklah! Pintu tidak dikunci. "

Aku terpaksa menyelesaikanya secepat mungkin. Sementara aku membilas shampoo terakhir di rambutku, suara anakku masih terdengar bergema berulang-ulang kali di seluruh kamar mandi, atau mungkin hanya kepalaku. Aku terus mendengar, "Ayah! Ayah! Biarkan aku masuk! - Ayah! Ayah! Biarkan aku masuk!"

Aku mengeringkan rambutku dan segera mengenakan pakaianku. Aku langsung menuju kamar tidurnya. Dan dia ada disana, anak enam belas tahunku, tergeletak begitu saja, lembut seperti kepompong yang di selimuti sutra dengan mata tertutup.

Aku tertawa kecil mendekatinya, ku katakan, "Kau tahu kan nak, pintu tidak terkunci, kenapa kau tidak langsung masuk saja tadi."

namun dia tidak bergerak.

Aku berdeham dan membuat suaraku lebih berwibawa, mungkin dia sedang mengerjaiku "Bangun, nak. Sudah waktunya untuk bersiap-siap ke sekolah. "

Tapi dia tidak bergeming. Aku mendekatinya dan mulai mengguncang bahunya. Namun aku baru tahu dia tidak bernapas sama sekali, dan tubuhnya dingin seperti es. Aku duduk dan menatap anak ku selama beberapa menit sebelum memanggil istriku. Dia meninggal tiba-tiba dan jujur Brandon sejak saat itu aku punya waktu yang sangat sulit, aku tidak bisa berhenti memikirkan itu.”

Mr Padewski berhenti. Dia menggunakan bagian bawah kemejanya untuk menghapus air matanya.

“Aku tahu suara anak ku sendiri, dan aku benar-benar mendengarnya keras dan jelas. Aku mendengar itu tidak lebih bahkan dari dua menit yang lalu saat memasuki kamar tidurnya, namun petugas koroner mengatakan bahwa anak ku telah meninggal selama beberapa jam sebelumnya. Aku masih tidak mengerti sama sekali.”

Catatan penulis: nama belakang keluarga ini sebenarnya telah diubah untuk melindungi dan menghormati mereka.

Tamat

0 comments:

Post a Comment

 
Top