There's Something in the Ladies Room at Work


Selama 4 tahun terakhir, aku bekerja sebagai penyunting video di perusahaan penjual pakaian wanita. Kebanyakan karyawannya wanita, dan aku adalah satu-satunya pria di departemenku. Ini membuat aku sering jadi target candaan, tapi aku tak pernah keberatan. Satu-satunya hal yang tak kusukai di perusahaan ini adalah kamar mandinya, terutama kamar mandi wanita. Begini ceritanya.


Beberapa bulan yang lalu, bos kami memutuskan memindahkan departemen kami (yang terdiri dari 11 orang wanita dan aku) ke gedung baru karena masalah ruang. Kami pindah dari gedung utama ke gedung baru di seberang jalan. Hal ini bagus, sebenarnya, karena kami memang sangat butuh ruangan baru. Sayangnya, gedung itu sudah lama tak disewakan, sehingga kondisinya tak begitu bagus. Ubin langit-langitnya nampak sudah mengelupas bahkan ada yang hilang, karpetnya tertekuk-tekuk di sana-sini, dan kamar mandinya parah. Gedung itu nampak lebih mirip penampungan tunawisma daripada kantor. Untungnya, bos kami mengucurkan uang banyak untuk memperbaikinya, sehingga gedung itu menjadi bagus.



Kami senang karena punya kantor yang bagus. Kami masing-masing mendapat kubikel yang luas, yang bisa kami dekorasi sesuka hati, lengkap dengan pot tanaman dan kursi ergonomis. Kami mendapat satu dapur karyawan dengan mesin pembuat kopi, pembuat jus, dan filter air berkualitas. Para karyawan wanita bahkan mendapat kamar mandi mewah. Akan tetapi, perusahaan nampaknya tak mau repot-repot membuat kamar mandi pria sebagus itu.



Kamar mandi pria di kantor ini kecil, dan hanya terdiri dari kloset, wastafel, dan cermin persegi biasa. Bagiku sebenarnya tak masalah, karena hanya aku yang menggunakannya. Masalahnya, setiap kali aku keluar dari kamar mandi, terkadang pintunya akan menutup dan terkunci dengan sendirinya, sehingga aku tak bisa masuk lagi sampai petugas pemeliharaan gedung datang. Terkadang si petugas ini tidak bisa datang karena sedang mengurus hal lain, sehingga aku tak bisa menggunakan kamar mandi selama berjam-jam. Untungnya, teman-temanku baik dan mengijinkanku menggunakan kamar mandi wanita jika aku sedang tak bisa masuk. Mereka tak keberatan, bahkan merasa itu lucu.



Aku sebenarnya tak suka kalau harus menggunakan kamar mandi mereka, dan itu bukan karena masalah ego pria atau karena aku malu, tapi karena aku punya perasaan aneh tiap kali harus masuk ke kamar mandi wanita. Perasaan bahwa aku tak sendirian di sana.



Aku ingat saat pertama kali harus menggunakan kamar mandi wanita. Aku sudah menahan kencing selama beberapa lama, sampai akhirnya aku tak tahan dan memutuskan menggunakan kamar mandi wanita. Teman-temanku menawarkan untuk menjaga pintu kamar mandi untuk memastikan tak ada yang masuk selama aku di dalam. Dengan malu, aku membuka pintu dan melangkah masuk ke salah satu bilik kloset. Aku cepat-cepat menutup pintu, membuka resliting, dan buang air dengan perasaan lega. Setelah rasanya lama sekali, terdengar suara langkah kaki, kemudian derit seolah pintu bilik sebelah terbuka.



"Kriitt..."



Aku kaget. Ternyata ada orang lain yang masuk. Entah dia masuk tanpa sepengetahuan teman-temanku, atau dia sudah ada di dalam dari tadi tanpa mereka ketahui. Inilah aku, terpaksa kencing di dalam kamar mandi wanita dengan perasaan malu, dan gadis ini yang bekerja satu kantor denganku pasti juga sama malunya seperti aku. Pasti dia mendengar saat aku buang air kecil dengan dahsyat seperti tadi.



"...maaf, ya," ujarku pelan, tanpa berpikir. Tidak ada tanggapan, tapi aku mendengar suara keriut lagi, dan kemudian suara bantingan pelan. Merasa lega, aku cepat-cepat menyelesaikan urusanku, lantas mencuci tangan di wastafel, dan keluar. Akan tetapi, teman-temanku bersumpah bahwa mereka tidak melihat siapapun masuk. Aku pun berpikir mungkin itu hanya bayanganku, dan berusaha tak memikirkannya lagi.



Aku jarang menggunakan kamar mandi wanita, tapi aku benci harus menggunakannya, karena selalu ada kejadian aneh seperti waktu itu. Pernah, saat sedang mencuci tangan di wastafel, tiba-tiba ada gerakan di sudut mataku, seolah-olah ada...entahlah, seperti seseorang yang cepat-cepat menghindar agar tidak terlihat olehku. Setelah itu, aku kembali mendengar suara itu,



"Kriitt..."



Disusul suara seperti pintu menutup. 



Aku heran mengapa teman-temanku tak pernah bercerita tentang ini. Mungkin karena mereka selalu bergerombol saat ke kamar mandi, sehingga suara-suara aneh itu tak terdengar. Tapi sebenarnya, harus menggunakan kamar mandi wanita tidak terlalu menyebalkan. Kecuali hari ini. Aku bersumpah aku tak akan lagi menggunakan kamar mandi wanita steelah kejadian hari ini.



Hari ini benar-benar hari yang sibuk. Aku ada banyak pekerjaan yang semua menuntut diselesaikan cepat-cepat. Aku tak sempat makan siang, tapi perutku toh sudah sakit sejak pagi. Ketika aku keluar dari kamar mandi pria setelah makan siang, pintunya terkunci sendiri. Aku mencoba membukanya, tapi gagal. Aku pun mengirim email ke bagian pemeliharaan gedung, dan tidak memikirkannya lagi. 



Aku masih berada di kantor ketika temanku yang terakhir pulang pada pukul 6. Aku masih harus bekerja sampai pukul 7.30, ketika perutku mendadak mulas, pertanda aku harus ke kamar mandi lagi. Aku ingat kamar mandi pria masih terkunci, tapi tak mungkin aku menunggu sampai tiba di rumah. Tak punya pilihan, aku masuk ke kamar mandi wanita. Akan tetapi, baru sekitar 20 detik duduk di atas kloset, aku sudah merasa ngeri. Aku mendengar suara seperti langkah kaki. Aku bertanya-tanya, apakah ini hanya imajinasiku lagi.



Aku menajamkan telingaku. Bukan, itu bukan suara langkah kaki. Itu suara menyeret. Seperti seseorang merangkak. Dadaku serasa membeku ketika aku sadar darimana suara itu berasal.



Suara itu keluar dari balik langit-langit. Tepat di atasku.



"Kriiitt..."



Saat itulah aku menyadari, suara deritan itu bukan dari pintu bilik kloset sebelah, melainkan bunyi ketika salah satu ubin langit-langit diangkat. Dan di antara celah kecil itu, aku melihat mata yang menatapku tajam. Hanya sesaat, kemudian menghilang.



Aku tak ingat lagi apa yang terjadi setelahnya. Aku hanya samar-samar ingat mengguyur kloset, menaikkan celanaku, menyambar kunci mobil, dan ngebut pulang. Aku tak tahu bagaimana aku akan menjelaskannya pada teman-temanku tentang apa yang ada di balik langit-langit kamar mandi mereka.



Karena apa yang kulihat adalah wajah mengerikan seorang pria, yang nyaris seperti bukan manusia.


Tamat

0 comments:

Post a Comment

 
Top