Bad Time To Call


Aku punya pekerjaan terburuk di dunia: telemarketer. Jam kerjanya panjang dan gajinya payah. Aku benci harus menelepon orang-orang yang mungkin saja sedang asyik makan atau tidur, lalu dibentak dan diteriaki oleh mereka. Aku punya gelar filsafat, dan tidak banyak yang bisa kulakukan dengan gelar itu saat mencari kerja. Aku bukan pemalas, tapi pekerjaan ini benar-benar mengisap kehidupanku. Saat pulang ke rumah, aku sudah terlalu lelah untuk melakukan apapun, termasuk mencari pekerjaan baru. Resumeku juga tidak berkesan, jadi aku tak yakin kalau aku akan punya banyak kesempatan. Akan tetapi, bukan itu alasan yang membuat diriku memutuskan berhenti.


Aku ingat malam itu benar-benar malam yang menyebalkan. Orang-orang yang kutelepon marah-marah, membentak, dan bahkan ada yang iseng mendekatkan telepon ke TV saat ada adegan dengan suara keras di film horor. Aku ingat menelusuri daftar nomor ponsel, sebelum pandanganku mendarat di nama "Monique Winthrop."



Aku paling benci kalau harus menelepon ke ponsel. Aku sudah mengalami banyak respon terburuk saat orang-orang menerima panggilan teleponku lewat ponsel. Belum lagi kalau orang itu mengangkat ponsel di tempat yang ramai, dia pasti berteriak-teriak bahkan sebelum aku sempat bicara. Aku sempat berpikir untuk melewatkannya saja, tapi aku kemudian menghela napas dan menghubungi nomor ponsel Monique.



Aku menunggu sambil menghitung deringan; jika sudah empat hingga enam deringan, biasanya mesin penjawab yang akan merespon. Jika sudah delapan sampai sepuluh deringan, perusahaan mewajibkan kami untuk menutup telepon dan memberi tanda "Unavailable" di nomor itu. Aku menghitung sampai enam deringan sebelum terdengar suara "klik." Aku menunggu ada yang berkata "halo?" Tapi tak ada suara.



"Halo, dengan Monique Winthrop?"



Tak ada jawaban, tapi telingaku mendengar sesuatu yang nampaknya datang dari kejauhan di telepon itu. Dan mendadak, aku mendengarnya; alasan mengapa aku akhirnya berhenti dari pekerjaanku. Teriakan serak seorang pria.



"KAU PIKIR BISA SEMBUNYI DI SANA, PEREMPUAN JALANG!?"



Aku membeku.



Teriakan itu disusul suara jeritan perempuan, dan suara seolah ponsel itu jatuh ke lantai. Perempuan itu terus menjerit, tapi aku tak bisa melakukan apa-apa. Tubuhku membeku ketakutan, terutama ketika teriakannya kini bercampur dengan suara menggelegak yang keluar dari kerongkongannya. Aku juga mendengar teriakan seorang bocah yang meminta agar ibunya tidak diganggu.



Terdengar suara hantaman, seolah-olah seseorang dihantamkan ke tembok. Suara teriakan bercampur gelegak perempuan itu terus terdengar, namun makin lama makin lemah, hingga akhirnya berhenti. Aku mendengar suara napas berat pria yang tadi berteriak, disusul suara jeritan si bocah, dan akhirnya suara seperti tulang leher yang patah. Lalu semuanya hening.



Teleponnya mati.



Aku segera membanting gagang telepon, mengumpulkan barang-barangku, dan keluar. Aku tak pernah kembali lagi ke kantor itu.

Tamat

Creepypasta Indonesia (fb)

0 comments:

Post a Comment

 
Top