January 2016 - Creepypasta Indonesia

Creepypasta Indonesia - Experience - Don't look back

<div style="text-align: center;">
<b style="color: #141823; line-height: 18px;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-large;">Don't look back</span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku tinggal di sebuah kota kecil di sekitaran Arizona, saat itu adalah hari pertama sekolah setelah libur musim panas. Usiaku sudah beranjak di kisaran angka 17 tahun, cukup dewasa untuk membuat keputusan sendiri.</div>
</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline;"><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ada satu hal unik atau aneh mungkin bagi kalian, bagi orang di sekitaran sini ada peraturan tidak tertulis untuk menunjukkan kedewasaan kalian namun dengan cara yang menurutku tidak rasional, peraturan ini sayangnya hanya di ketahui oleh mereka yang remaja terutama—jauh di sebuah pedalaman gurun pasir di luar batas wilayah kota kami, ada sebuah mansion sangat tua, setidaknya itu yang ku dengar, kabarnya disana dahulu di jadikan sebuah markas mengerikan tentang penyembah setan!! Mungkin itu mengerikan, ya memang! Namun tetap saja, bagiku itu adalah cerita karangan orang-orang tua sini untuk sekedar menakut-nakuti kami agar menghindar dari tempat tersebut. Disinilah letak masalahnya, bagi sebagian remaja seperti kami tidak ada hal yang lebih penting untuk sebuah kehormatan yang sebenarnya menurutku tidak lebih seperti omong kosong bila tidak melakukan tantangan yang mereka sebut dengan “kedewasaan”, kau harus mengunjungi tempat itu.. mansion misterius itu bersama sahabatmu dan bila kau berhasil dan ini di ketahui oleh semua orang maka kau di anggap luar biasa, dan beberapa anak bahkan akan menghormatimu.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi84GctFLkkDBD4YFM-cl4I-m_BTERqZO2sTltrnABss1UUXiNBTq4RQw9T5DLKaxYgedGnI4qTdy4eNKZo5EKkWukwJEBVaP1vZZNc0c6CFzKGgvqM829sNGgKeqLfz-YhTvQQOq8O5h8/s1600/Dont+look+back.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="164" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi84GctFLkkDBD4YFM-cl4I-m_BTERqZO2sTltrnABss1UUXiNBTq4RQw9T5DLKaxYgedGnI4qTdy4eNKZo5EKkWukwJEBVaP1vZZNc0c6CFzKGgvqM829sNGgKeqLfz-YhTvQQOq8O5h8/s320/Dont+look+back.jpg" width="320" /></a>2 hari belakangan ini aku mendapatkan sms terus menerus dari Katie sahabatku, dia mengatakan hal-hal bodoh tentang mansion dan “kedewasaan” yang dia percayai. Aku mengatakan itu hanya sebuah omong kosong, tidak ada yang namanya mansion atau tetek bengek penyembah setan disana. Itu hanya gurun pasir luas tanpa batas, pergi kesana seperti bunuh diri. Namun Katie keras kepala, jadi suatu siang, ketika aku pergi ke perpustakaan aku melihat Katie, dia meraih tanganku lalu menunjukkan foto-foto yang tak ku kenali, beberapa di antaranya menunjukkan sebuah rumah tua. Katie meyakinkanku bahwa Mansion itu ada, dan memintaku membayangkan bagaimana bila seandainya dia berhasil masuk dan kembali itu akan menjadi berita yang hebat, namun aku hanya tersenyum satir menatapnya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“Kat—kau tahu?? Ini tidak lebih seperti bualan. Maksudku, kehormatan macam apa yang kita peroleh setelah melihat ini? “</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“ini akan hebat, Christy ku yang manis. Bayangkan, semua cowok akan memuji keberanian kita, mengatakan hal-hal yang menyenangkan lalu.. kau bisa menjadi lebih popular lagi” ungkapnya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“kenapa harus aku?” kataku dengan nada jengkel.</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“karena kau sahabatku, Christ.. kau yang aku percayai, dan harus kau” dia mengiba dengan mata lebarnya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Sebenarnya dalam benakku ada hal-hal yang seperti mencegahku untuk berurusan dengan ini, namun melihat Katie saat itu, aku tidak tahu, bagaimana bibirku tiba-tiba berujar “ok”.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Setengah 6 sore aku melihat mobil Katie parkir di depan rumahku, ku raih tas yang sudah ku isi perbekalan dan melesat masuk kemudian Katie mulai berkendara. Ku harap ini akan selesai dengan cepat.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Setelah kurang lebih 1 jam berkendara sementara yang ku lihat hanya jalanan lengang dan berpasir, saat itu aku mulai merasa jengkel namun sebelum aku meledak Katie mengatakan “itu dia—Almoret petunjuknya”</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku menatap papan kayu bertuliskan “Almoret” di samping jalan, dan ketika Katie membelokkan setir mobil kearah sana, maka kami sudah keluar dari jalan beraspal menuju ke sebuah jalan tanah yang di buat dengan gilasan mobil di sepanjang jalan menelusur.</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“mereka bilang yang pernah kesana jarak antara jalan utama sekitar 30 menit” Katie mengerjapkan mata seolah-olah menunggu kado natal dan wajahnya begitu merekah, namun aku. Aku, aku seperti menelan muntahan dan itu membuatku mual.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Sebenarnya, sedikitnya aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, beritanya sebenarnya simpang siur—namun setiap kali aku mendengar seseorang bercerita tentang tempat ini, tempat yang akan kami kunjungi, isi perutku seperti ingin melesat keluar begitu saja. Mereka menyebutnya dengan “Mansion kematian” aku tidak tahu sebabnya, namun dari bibir-bibir yang ku dengar, siapapun yang mengunjungi tempat itu tidak memiliki keberanian untuk menceritakan segalanya, segala yang terjadi di tempat itu.. jadi meskipun kehormatan yang mereka peroleh namun ada kengerian yang mereka simpan bahkan hingga saat ini.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Semakin kami bergerak semakin terasa mual perutku, ada sesuatu yang ganjil yang aku takutkan, sementara matahari mulai tenggelam saat ban mobil berdencit ketika Katie menginjak rem saat itu lah matahari benar-benar sudah lenyap, hanya kegelapan yang menemani kami waktu itu, aku terdiam beberapa saat mengamati Rumah tua besar yang kami panggil Mansion ini. Kini mansion itu sudah ada di depan kami.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“OMG!! Ya ampun, Chrystie, kita berhasil menemukanya!! Ayoo” teriak Chrystie seperti anak kecil yang mengharapkan unicorn.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku membuka pintu dan menatap rumah itu dengan muram. “kau yakin mau masuk.. dan melakukan itu” suaraku lebih letih saat mengutarakanya. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“iya” Katie langsung menarik tanganku.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ada satu peraturan yang harus di petuhi saat memasuki mansion ini, peraturan dimana kau harus mendekap sahabatmu, mereka mengatakan sesuatu seperti mantera dan aku bisa melihat dengan jelas tulisan itu di luar rumah, tertulis sangat besar dengan cat putih pudar di tembok luar Mansion. “Aku melihatmu, kau melihatku. Jangan lihat ke belakang, berjalanlah bersamaku”</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Katie mulai menatap wajahku, memintaku agar meletakkan tanganku di pundaknya dan sementara dia meletakkan tanganya di atas pundakku, kami berjalan dengan saling memandang dengan kedua tangan kami di pundak masing –masing.</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“ini akan menyenangkan” katanya mulai berjalan, aku berjalan mundur, sementara Katie berjalan maju, aku tidak boleh melihat ke belakang karena Katie yang akan melihatnya sebaliknya Katie tidak boleh melihat ke belakang karena aku yang akan melihatnya. Pintu berderit terbuka dan kami mulai mengatakan hal yang sama. “Aku melihatmu, kau melihatku. Jangan melihat ke belakang, berjalanlah bersamaku”</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Pertama kali saat aku mencium aroma rumah itu, aku hanya mencium bau apak dan debu di sekelilingnya. Perabotanya berantakan, begtu kotor dengan kain-kain tak berguna disana—sini, sementara di tembok-tembok tertulis nama-nama aneh atau kalimat-kalimat yang tidak ku mengerti maksudnya. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku mulai menaiki tangga, berjalan mundur, sementara Katie menatap tepat ke arahku. “apa tangganya tinggi?” kataku.</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“tidak cukup tinggi. Sebentar lagi.”</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kami menelusuri koridor dan tidak menemukan apapun selain perabotan berdebu dan rusak, namun saat itu lah aku merasakan leherku meremang, sesuatu seperti mengawasiku. Peraturanya hanya satu “jangan lihat kebelakang!!” gumamku terus menerus. Nafasku tersenggal saat berjalan semakin jauh. Sampai—keheningan itu mematikan kami.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku melihat Katie tiba -tiba berhenti begitu saja. Dan sesuatu di matanya melotot tepat ke arahku, bibirnya mengatup gemetar, “Ketie—kau baik-baik saja.”</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Katie masih diam membeku. Aku yakin dia melihat sesuatu, sesuatu yang buruk.. “Katie!! “ kataku semakin keras, namun dia tetap membeku.</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ku sadari ku juga merasakan sesuatu, suara bergeresek di belakangku. “apa—apa yang ada di belakangku Kat??” teriakku sembari menguncang tubuhnya, suara gemeresek semakin jelas terdengar, saat itu entah apa yang terjadi, leherku tiba-tiba berputar dan seolah-olah aku ingin melihatnya langsung akan tetapi Katie langsung menyentakkan tubuhku dan berteriak dengan suara parau gemetar “jangan lihat ke belakang”</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
aku menatap Katie, matanya masih terlihat kosong.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“apa?? Kau bilang apa??”</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“jangan lihat ke belakang”</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Suara Katie mengambang di telingaku, saat itu lah aku tahu ada sesuatu di belakang Katie, berjalan tersaruk-saruk. Aku mengangah dengan spontan saat menatap makhluk mengerikan itu berjalan terkedek-kedek menuju Katie, makhluk itu lebih seperti seonggok daging yang berjalan, wajahnya hancur lebur, aku bisa melihat tulang-belulang di antara sobekan bajunya yang koyak, darah terus menerus keluar saat dia berjalan meninggalkan noda di lantai—tangan makhluk itu terangkat seolah mencoba mencengkeram.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“Katie. “jangan lihat ke belakang”</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
” spontan aku bersuara sama seperti apa yang Katie katakan. Saat itulah Katie seperti menyadari sesuatu.</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“ada sesuatu di belakangku kan??”</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
““jangan lihat ke belakang”</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
” aku mencengkeram kepalanya menahanya agar tidak melihat makhluk mengerikan itu.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“Tempat ini terkutuk!!” teriak Katie, saat itu lah aku dan Katie berlari spontan menuju tangga dan keluar dari rumah dengan tergopoh-gopoh.</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku melesat masuk ke dalam mobil sementara Katie yang sudah melesat masuk lebih dulu, menyalakan mobil dan memutar dengan cepat. Kami menembus jalanan itu dengan wajah pucat, aku terus menerus diam—tubuhku menggigil dan aku gemetar tidak henti, sementara Katie seperti menangis sesenggukan, setelah kami berhasil mencapai aspal jalan saat itu lah Katie menginjak rem dengan keras, kemudian mulai menangis.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku ingin menghentikan tangisan Katie, namun tubuhku membeku ketakutan. Aku masih mengingat makhluk itu berjalan tersaruk-saruk.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Setelah terjadi jeda yang panjang antara kami, Katie menatapku dengan bibir gemetar. “apa yang kau lihat Chris?” ucapnya dengan wajah sepucat susu.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“entahlah. Itu adalah makhluk, seperti daging berjalan. Wajahnya hancur lebur.. aku bisa melihat tulang-belulang, tanganya kurus kering dengan darah yang masih merembas keluar. Dia berusaha mencengkrammu..” tangis Katie seketika pecah, kali ini aku menyentuh rambutnya berusaha menenangkanya, “saat itu kau juga melihatnya kan.. makhluk itu, apa kau juga melihatnya di belakangku?”</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Katie hanya diam dalam jeda yang panjang, dia terus mengeleng-gelengkan kepalanya. “tidak!!” katanya dingin, “itu bukan dia”</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“apa yang kau lihat Kat—“tanyaku penasaran.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Katie menatapku kosong lalu berujar dengan suara gemetar. “Kau. Aku yakin itu adalah kau.. wajahmu, tubuhmu, ya. Itu kau Christy, aku melihatmu disana. Kau.. hanya saja. Kau merangkak, kau merangkak menuju ke arahku, kau tidak memiliki kaki Christ. Kau merangkak tanpa kaki” </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
4 hari setelah kejadian itu. Aku mengurung diri dalam kamar, orang tuaku terus menerus membujukku namun aku selalu mengatakan “tidak” aku terlalu takut dengan apa yang aku lihat. Sampai akhrinya mereka berhasil membujukku, saat itu ayahku mengantarku ke sekolah, ayah bercerita Katie juga mengurung diri di dalam kamar, hanya saja, kemarin dia sudah pergi ke sekolah seperti biasa. Mungkin aku terlalu ketakutan, mungkin aku terlalu paranoit dengan semua ini, ayahku mencoba menghiburku di sepanjang perjalanan, saat itu lah, aku mendapatkan telephone dari seorang temanku Amanda, dia mengabarkan sebuah berita yang membuat jantungku seperti berhenti. “Katie tewas, baru saja.. ketika menyebrang jalan tepat di depan sekolah. Sebuah Truck roda 8 menghantam keras tubuhnya. Semua tubuhnya hancur seperti daging cah-cah. Sangat buruk bahkan untuk di kenali.”</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ketika aku mematikan handphone, tiba –tiba suara ban berdencit keras terdengar, yang ku tahu selanjutnya. Sesuatu yang hitam menyelimutiku.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku terbangun di rumah sakit. Menatap ibuku yang menangis terus menerus di depanku, ayahku ada disana, kepalanya di perban, namun tatapanya tampak mengiba, aku tidak mengerti apa yang terjadi, sampai aku membuka selimutku. Kedua kakiku—di amputasi karena kecelakaan itu.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku terus menerus menatap kosong apa yang ada di depanku. Ketika aku terjebak dalam lamunanku, sesuatu berbisik di telingaku.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“Aku melihatmu. Kau melihatku. Jangan lihat ke belakang. Berjalanlah bersamaku”</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Pintu berderit terbuka, dan seonggok daging berjalan mendekatiku, dia berjalan melewatiku begitu saja setelah memandangku dengan wajahnya yang hancur, tanpa takut, aku mulai merangkak mengikutinya, dia berjalan terus menuju balkon kamar lalu melompat turun dari lantai 5 rumah sakit. Aku menatapnya dengan kosong, sekarang aku mengerti. “almoret adalah bahasa latin dari sebuah kalimat—melihat” </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
“apakah ini maksudnya. Melihat masa depan—‘</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku tersenyum satir, sebelum merangkak dan melesat turun mengikuti Katie.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
di terjemahkan dari : Creeppynisme- dengan sedikit penjelasan.</div>
</span></span><div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Tamat</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><a href="https://www.facebook.com/CreepypastaIndonesia">Creepypasta Indonesia (fb)</a></span></div>

Creepypasta Indonesia - Experience - Don't look back

Don't look back Aku tinggal di sebuah kota kecil di sekitaran Arizona, saat itu adalah hari pertama sekolah setelah libur musim pan...

+ Read more »

Creepypasta Indonesia - Experience - The Tell - Tale Heart - Edgar Allan Poe - 1843

<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #141823; line-height: 18px;"><b><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-large;">The Tell - Tale Heart </span></b></span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; line-height: 18px;"><b><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-large;">- Edgar Allan Poe - 1843</span></b></span></div>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline;"><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyzFUZ7Pawza6v8caU_bd-RlT8kkDMiCBe5d1WAALXT3gcyNkTX8iUhFP9l0Z7gZ7wxcOlpQuOTo8piPwAFz61paWxoeiLxwZwDowhN86mINZzS2S3cl0yNkRrD8YkNGniaJ93V3cs5p8/s1600/The+Tell+-+Tale+Heart+-+Edgar+Allan+Poe+-+1843.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="262" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyzFUZ7Pawza6v8caU_bd-RlT8kkDMiCBe5d1WAALXT3gcyNkTX8iUhFP9l0Z7gZ7wxcOlpQuOTo8piPwAFz61paWxoeiLxwZwDowhN86mINZzS2S3cl0yNkRrD8YkNGniaJ93V3cs5p8/s320/The+Tell+-+Tale+Heart+-+Edgar+Allan+Poe+-+1843.jpg" width="320" /></a>Yep! Betul sekali! Aku gelisah, benar-benar gelisah pada waktu itu -- sekarang pun masih. Namun, mengapa kalian menyebutku gila? Rasa sakit yang ada menajamkan inderaku, bukan melemahkannya. Apalagi, membuatnya tumpul. Dibanding indera lainnya, indera pendengaranku paling tajam. Aku dapat mendengar semua hal di langit dan di bumi. Aku bahkan mendengar suara di neraka. Bagaimana bisa kalian menyebutku gila? Dengarlah cerita yang akan aku ceritakan! Kalian akan tahu betapa warasnya aku. Betapa tenangnya aku. Akan kuceritakan kepada kalian seluruh detail kejadiannya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
*****</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Sulit menceritakan bagaimana awal mula pikiran itu menyusup dalam benakku. Namun, begitu masuk, pikiran memburu ku siang dan malam. Tak ada niat dan aku tak ada dendam padanya. Aku mencintai orang tua itu. Ia tak pernah berbuat salah kepadaku. Juga tak pernah melukai ku. Aku juga tidak menginginkan emas miliknya. Kupikir yang menjadi persoalan adalah matanya. Hmm, ya, matanya! Salah satu bola matanya menyerupai mata burung pemangsa – mata yang biru dan berselaput. Setiap kali mata itu menatapku, darahku terasa beku. Dan sedikit demi sedikit -- secara berangsur-angsur -- aku membulatkan hati untuk membunuhnya. Sehingga aku dapat terbebas selamanya dari sergapan mata burung pemangsa itu.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Di sinilah titik persoalannya. Kau akan menganggapku gila. Orang gila pasti tidak tahu apa-apa. Namun kau akan melihat bagaimana aku melakukannya. Kau akan melihat betapa cerdiknya aku menyelesaikan pekerjaanku -- begitu rapi, tersusun dengan baik. Kemudian, berpura-pura tidak tahu apa-apa. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku menjadi bersikap lebih manis kepada orang tua itu seminggu terakhir sebelum aku membunuhnya. Setiap malam, menjelang tengah malam, aku memutar gagang pintu kamarnya dan membukanya -- hmm, begitu hati-hati. Dan kemudian ketika pintu kamar itu terbuka dan cukup bagiku untuk mengintip, kumasukkan lentera berkatup yang kurapatkan semua lempengan katupnya. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Sehingga tidak ada sinar yang menerobos keluar dari lentera itu. Lalu, kusorongkan kepalaku ke dalam. Oh, kau pasti terkejut melihat betapa cerdiknya aku menyusupkan kepala. Semua kulakukan pelan-pelan, sangat-sangat pelan. Sehingga, tidak mengganggu tidur orang tua itu. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ku habiskan kira-kira satu jam untuk menempatkan posisi kepala sebaik-baiknya di celah pintu. Sehingga aku bisa leluasa melihat orang tua itu berbaring di ranjangnya. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Nah sekarang katakan padaku, bisakah orang gila melakukan pekerjaan secerdik ini? </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Dan ketika kepalaku sudah leluasa, aku membuka katup penutup lentera dengan hati-hati -- begitu hati-hati -- jangan sampai engsel katupnya berderit. Aku membuka seperlunya saja, cukup agar seberkas tipis cahaya bisa menerangi mata burung pemangsa itu. Dan pekerjaan seperti ini kulakukan selama tujuh malam berturut-turut, tiap tengah malam.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Namun, selalu kujumpai mata itu tertutup. Dalam keadaan seperti itu tentu mustahil melanjutkan rencanaku. Karena bukan orang tua itu yang membangkitkan marahku. Tapi, mata itu! </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Pagi harinya, di saat fajar, sengaja kudatangi kamarnya. Kuajak ia bercakap-cakap, kusapa namanya penuh semangat. Kutanya apa tidurnya nyenyak semalam. Dengan demikian, kau tahu, diperlukan kecerdasan tertentu pada si tua itu untuk menduga bahwa setiap malam, tepat pukul dua belas, aku selalu mengamatinya ketika ia tidur.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Pada malam ke delapan aku membuka pintu lebih hati-hati ketimbang malam-malam sebelumnya. Jarum menit jam dinding, bahkan lebih cepat ketimbang gerakan tanganku. Baru pada malam itu aku merasakan begitu besarnya kekuatanku -- begitu cerdiknya akalku. Hampir aku tidak bisa menahan luapan perasaan menangku. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Membayangkan diriku sendiri sedang menguakkan pintu, sedikit demi sedikit, dan orang tua itu bahkan tidak pernah berkhayal tentang apa yang kulakukan dan apa yang kupikirkan. Aku tergeletak dengan lintasan pikiran ini. Mungkin, ia mendengar suaraku. Karena, tiba-tiba, ia menggerakkan tubuhnya seperti orang terkejut. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Sekarang kau pasti berpikir bahwa aku akan mundur. Tidak! Kamarnya gelap pekat, jendelanya tertutup rapat. Karena itu, aku tahu bahwa ia tidak melihat pintu kamarnya terkuak, dan aku terus saja mendorong daun pintu itu sedikit demi sedikit.</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku menyusupkan kepalaku ke celah pintu dan sedang membuka katup lentera, ketika jempolku tiba-tiba selip dan mengetuk lempengan penutup, dan si tua itu bangkit dari ranjangnya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Siapa itu?" teriaknya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku mematung terdiam di tempatku dan tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dalam satu jam aku sama sekali tak bergerak. Selama itu pula aku tak mendengar ia merebahkan tubuhnya lagi. Ia tetap duduk di ranjangnya dan mendengarkan. Seperti aku, malam demi malam. Mendengar detak jam kematian di dinding.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Tiba-tiba kudengar erangan kecil, dan aku tahu itulah erangan yang muncul. Karena, teror kematian. Bukan erangan, karena sakit atau dukacita. Sama sekali bukan. Itu suara lemah orang tercekik. Suara yang muncul dari dasar jiwa yang diteror kengerian. Aku kenal sekali dengan suara itu. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Beberapa malam, tepat tengah malam, di saat dunia terlelap, suara itu bangkit dari dadaku, menusuk-nusuk. Gaungnya mengerikan. Sebuah teror yang menggelisahkan. Kubilang aku kenal betul suara itu. Aku tahu apa yang dirasakan orang tua itu, dan turut berduka atas kemalangannya, meskipun dalam hati aku ketawa. Aku tahu bahwa matanya tak pernah lagi terpejam, sejak ia dikejutkan oleh suara yang membangunkannya. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Rasa takutnya tumbuh semakin besar. Ia coba menenangkan diri, tapi tidak bisa. Ia yakinkan dirinya sendiri, </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Tidak ada apapun, hanya angin di cerobong asap – hanya tikus yang merayap," atau "hanya jangkrik yang mengerik." </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ya, ia mencoba menenangkan diri dengan dugaan-dugaan seperti itu, tapi sia-sia. Sia-sia; sebab maut yang menguntitnya diam-diam kini telah mengepung korbannya dengan bayang-bayang hitam. Dan efek muram bayang-bayang yang tak tampak itulah yang menyebabkan ia merasakan -- bukan mendengar atau melihat. Namun merasakan -- kehadiran kepalaku di kamarnya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Setelah cukup lama menunggu, dengan sangat sabar, tanpa mendengar ia membaringkan kembali tubuhnya, maka kubuka sedikit -- sedikit sekali -- katup lentera untuk membuka celah kecil. Kau takkan bisa membayangkan betapa hati-hatinya aku membuka katup itu. Sehingga, akhirnya seutas cahaya, setipis sulur benang laba-laba, memancar dari celah lentera dan jatuh tepat di mata burung pemangsa itu.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Mata itu terbuka, begitu lebar. Amarahku bangkit ketika melihat mata itu terbuka. Jelas sekali kulihat -- mata biru berkabut, dengan selaput yang mengerikan, yang menusukkan hawa dingin di sumsum tulangku. Namun, sama sekali tak kulihat wajah orang tua itu: sebab seolah dibimbing oleh naluriku, cahaya lentera kuarahkan tepat pada bulatan mata keparat itu.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Jadi, bukanlah yang kau sebut gila itu sesungguhnya adalah inderaku yang begitu tajam? Sekarang aku mendengar suara lemah, samar-samar, berdetak dalam tempo cepat seperti detak jam yang terbungkus kain. Aku kenal betul suara itu. Ialah bunyi detak jantung orang tua itu. Kemarahanku memuncak, sebagaimana keberanian seorang serdadu naik, karena pukulan genderang.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kendati demikian aku masih menahan diri. Kutahan napasku. Kujaga lentera di tanganku. Kujaga agar sinarnya tetap jatuh ke matanya. Sementara detak jantung terkutuk itu temponya semakin meningkat. Makin lama makin cepat, dan makin keras. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ketakutan si tua itu, pastilah luar biasa! Suara itu makin keras, kubilang, bertambah keras setiap saat. Kau catatkah omonganku baik-baik? Telah kukatakan kepadamu bahwa aku gelisah: begitulah yang kurasakan. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Dan sekarang pada jam kematian malam itu, di tengah kebisuan yang mencekam di rumah tua itu, dentam aneh itu menyiksaku layaknya sebuah teror yang tak tertanggungkan. Aku masih menahan diri beberapa menit dan tetap tak beraksi. Namun, dentam itu makin memekakkan. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kupikir jantungnya pasti segera meledak. Dan sekarang aku merasakan kecemasan baru -- para tetangga pasti akan mendengar bunyi itu! Tiba sudah waktu bagi si tua! Dengan teriakan keras, aku membuka semua katup lentera dan merangsek masuk ke dalam kamar. Sekali ia memekik, hanya sekali. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Dalam sekejap aku menyeretnya ke lantai dan membekapnya dengan kasur tebalnya. Setelah itu, senyumku mengembang, semua pekerjaan beres. Bermenit-menit jantung itu masih berdetak samar-samar. Namun, tak lagi membuatku jengkel. Suaranya takkan mampu menembus dinding. Akhirnya bunyi itu berhenti. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Si tua mati. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku mengangkat kasur dan memeriksa mayatnya. Ya, ia sudah mati. Matanya takkan menyusahkan aku lagi.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kalau masih kau anggap gila aku, anggapan itu tak akan berlaku lagi bila kulukiskan apa yang kulakukan untuk menyembunyikan mayatnya. Malam melarut, dan aku mengebut pekerjaanku, tanpa suara. Pertama-tama kumutilasi mayat itu. Kupenggal kepalanya, kedua lengannya, dan kedua kakinya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kemudian, kubongkar tiga bilah papan lantai kamar itu dan kumasukkan potongan-potongan tubuhnya ke dalam rongga di bawah lantai kamar. Setelah itu kukembalikan lagi papan lantai seperti semula, begitu sepele, begitu rapi. Sehingga, tak satupun mata -- termasuk mata si tua itu -- yang menemukan adanya kejanggalan. Tak ada yang perlu dicuci. Karena, tak ada ceceran noda apa pun. Tak ada bercak darah sekecil apa pun. Aku sangat waspada terhadap semua itu. Bak mandi sudah menampung semuanya. Ha! Ha!</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Jam empat pagi semua pekerjaanku selesai sudah. Hari masih gelap seperti tengah malam. Bersamaan dengan dentang lonceng jam, terdengar ketukan di pintu depan. Aku turun dengan perasaan ringan. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Apalagi, yang perlu ditakutkan kini? Kubuka pintu, tiga orang lelaki masuk. Mereka memperkenalkan diri dengan sangat sopan sebagai petugas-petugas kepolisian. Seorang tetangga mendengar pekik si tua itu semalam. Menduga ada tindak kejahatan, ia melapor kantor polisi. Dan mereka (para polisi itu) ditugasi untuk melakukan penyidikan atas kecurigaan si tetangga.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku tersenyum. Apalagi, yang perlu ditakutkan? Dengan ramah kupersilakan mereka masuk. Pekik itu, kataku, keluar dari mulutku di saat mimpi. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kujelaskan kepada mereka bahwa si orang tua sedang tidak di rumah. Lalu, kubawa mereka melihat-lihat seisi rumah. Kupersilakan mereka memeriksa -- memeriksa dengan teliti. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Akhirnya, kubawa ketiga orang itu ke kamar si tua. Kuperlihatkan kepada mereka barang-barang berharga miliknya. Semua aman, tak tercolek. Dengan kepercayaan diri yang melambung, aku mengusung kursi-kursi ke dalam kamar itu. Dan meminta mereka untuk melepas lelah di tempat itu. Sementara aku sendiri, dalam gelegak keberanian, karena kemenangan yang sempurna, meletakkan kursiku tepat di atas tempat aku menyimpan mayat si tua.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Para petugas merasa puas. Perlakuanku meyakinkan mereka. Aku sendiri merasa tenang. Mereka duduk. Sementara aku menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan keseharian yang normal. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Tapi, kemudian aku merasa parasku memucat dan berharap agar mereka segera pergi. Kepalaku pening, dan aku merasakan penging di telingaku. Namun, mereka tetap duduk dan bercakap-cakap. Suara penging itu makin jelas: terus-menerus dan makin jelas. Aku bicara lebih keras untuk mengusir perasaan itu. Namun, suara penging itu terus saja dan makin pasti. Sampai akhirnya aku sadar bahwa suara penging itu bukan di dalam telingaku.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Parasku, aku yakin makin memucat. Namun, bicaraku lebih fasih dan lebih lantang. Suara penging itu "bangkit". Aduh, apa yang bisa kulakukan? Kudengar suara lemah, samar-samar, yang berdetak dalam tempo cepat. Seperti, detak jam yang terbungkus kain. Napasku tersengal. Namun, para petugas itu tidak mendengarnya. Bicaraku lebih cepat, lebih meyakinkan. "Bebunyian" keparat itu makin kuat. Aku bangkit dan mendebat segala topik pembicaraan yang sepele, dalam nada tinggi dan gerak tubuh yang kasar. Dan bunyi itu terus menguat.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Mengapa mereka tidak mau pergi? Aku mondar-mandir dengan langkah panjang dan menghentak. Seolah-olah merasa terganggu oleh pemeriksaan yang mereka lakukan. Tapi, bunyi keparat itu terus menguat. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ya, Tuhan! Apa yang bisa kulakukan? Aku meradang. Aku meracau. Aku mengutuk! Kuangkat kursi yang kududuki dan kuhempaskan benda itu ke lantai papan. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Namun, kegaduhan yang ditimbulkanya tertelan oleh bunyi detak keparat yang terus menguat itu. Suara itu makin kencang, makin kencang, makin kencang! Para petugas, tetap melanjutkan percakapan seperti tak terjadi apa-apa. Mereka cuma tersenyum. </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Bagaimana mungkin mereka tidak mendengar suara itu? Demi Tuhan! Tidak! Tidak! Mereka juga mendengar. Mereka curiga. Mereka tahu! Mereka pasti sedang menemoohkan ketakutanku. Kupikir begitu. Cara lain kurasa jauh lebih baik dari siksaan seperti ini! Cara lain apa pun lebih bisa ditanggungkan daripada pelecehan ini! Aku tidak kuat lagi melihat senyum pura-pura mereka. Aku merasa bahwa aku harus berteriak. Atau aku mampus! Dan sekarang, bunyi itu lagi. Dengar! Makin kencang. Makin kencang. Makin kencang!</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Jahanam!" aku memekik, "tak usah berpura-pura lagi! Aku yang melakukan semuanya! Bongkar saja papan ini di sini, di sini! Di sinilah dentam jantung keparat itu!"</div>
</span></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Tamat</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><a href="https://www.facebook.com/CreepypastaIndonesia">Creepypasta Indonesia (fb)</a></span></div>

Creepypasta Indonesia - Experience - The Tell - Tale Heart - Edgar Allan Poe - 1843

The Tell - Tale Heart - Edgar Allan Poe - 1843 Yep! Betul sekali! Aku gelisah, benar-benar gelisah pada waktu itu -- sekarang pun mas...

+ Read more »

Creepypasta Indonesia - Experience - Mankind

<br />
<div style="text-align: center;">
<b style="color: #141823; line-height: 18px;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-large;">Mankind</span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kau tahu? Ketakutan terbesar umat manusia bukanlah hantu. Bukan itu. Bukan benda-misterius-yang-terku<wbr></wbr><span class="word_break" style="display: inline-block;"></span>tuk atau semacam rumah-yang-dipenuhi-kekuat<wbr></wbr><span class="word_break" style="display: inline-block;"></span>an-gaib.</div>
</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline;"><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Manusia lebih takut pada apa yang tidak diketahuinya. Apa yang diluar jangkauan dan tak terjamah. Yang jauh lebih kuat dan tak terhingga. Yang tak dapat dihindari saat menghampirimu.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyLAcIMv-2ff_TusYjFUDib6lutQGnSrdbMbjYFDOH6_glqgBNV-gh-vCgiRNH7ElMMCHF02IhFDAl4HvpND7m7xlXYs0kJUC2xhQ5wQmr6nhvb2s3np1HK9xXqVTcwWrxadJdpqrSY8k/s1600/Mankind.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyLAcIMv-2ff_TusYjFUDib6lutQGnSrdbMbjYFDOH6_glqgBNV-gh-vCgiRNH7ElMMCHF02IhFDAl4HvpND7m7xlXYs0kJUC2xhQ5wQmr6nhvb2s3np1HK9xXqVTcwWrxadJdpqrSY8k/s320/Mankind.jpg" width="320" /></a>Kau tahu apa itu?</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Angkasa.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kau mau bertaruh denganku? Apa yang ada diantara galaxy galaxy gigantik itu. Yang tersembunyi antara gugusan bintang. Ditengah tengah kegelapan dalam planet aneh yang ukurannya satu juta kali bumi? Planet manusia yang dianggap besar itu tak ada apa apanya. Mungkin hanya sebesar antena semut dibandingkan samudra pasifik. Oh ya aku lupa, samudra pasifik yang secuil di bumi saja belum sepenuhnya dijelajahi, apalagi angkasa berjuta juta miliar lipat ukuran samudra. Apa anda yakin, anda selama ini sendiri? Yakin? </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Yakinkah kalian, wahai manusia? Sesungguhnya apa yang ada dalam angkasa? Apa kalian pernah berpikir apa yang menjadi batas luar angkasa? Dan apa yang ada disana, di semesta yang tak terbatas besarnya. Apa anda sadar, diatas rumah anda, diatas awan planet anda, jauh berjuta juta kilometer sana, ada lubang tak berujung bermassa tak terbatas yang menyedot apa saja dengan rakus, ada ekosistem yang jauh lebih ekstrim dan mengerikan?</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Apa anda sadar? Betapa kecilnya manusia?</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kami sudah meneliti kehidupan kalian. Penuh perpecahan dan perang antar spesies kalian sendiri. Pembantaian diseluruh penjuru. Sungguh memalukan dan miris. Aku ingin tertawa.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Setidaknya itu menguntungkan kami. Dengan begitu, kami akan lebih cepat menghancurkan kalian dan menduduki bumi.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kapan kami datang? Entahlah, siapa tahu?</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kau takkan pernah tahu.</div>
</span></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Tamat</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><a href="https://www.facebook.com/CreepypastaIndonesia">Creepypasta Indonesia (fb)</a></span></div>

Creepypasta Indonesia - Experience - Mankind

Mankind Kau tahu? Ketakutan terbesar umat manusia bukanlah hantu. Bukan itu. Bukan benda-misterius-yang-terku tuk atau semacam rumah-y...

+ Read more »

Creepypasta Indonesia - Figure - Legenda Rumah Pembantaian - Suster Maria

<br />
<div style="text-align: center;">
<b style="color: #141823; line-height: 18px;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-large;">Legenda Rumah Pembantaian - Suster Maria</span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYZBzYvkuvPcOTbe5ycai1xPrVVOifikME4FETINW6IyRK3234bkZ7qecwyiEP5p-4TATbOmeYrkvucZvvYkfaj5g4iSnXMi6NmQUaax1yVqFBhhlPgmH3POucfrTMbpBALcg_fpC14wk/s1600/Legenda+Rumah+Pembantaian+-+Suster+Maria.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYZBzYvkuvPcOTbe5ycai1xPrVVOifikME4FETINW6IyRK3234bkZ7qecwyiEP5p-4TATbOmeYrkvucZvvYkfaj5g4iSnXMi6NmQUaax1yVqFBhhlPgmH3POucfrTMbpBALcg_fpC14wk/s400/Legenda+Rumah+Pembantaian+-+Suster+Maria.jpg" /></a>Sejarah Suster Maria hingga menjadi urban legend di Balikpapan bermula saat penjajahan Belanda masih berlangsung di sana. Saat itu, di tengah-tengah penguasaan Belanda terhadap kilang minyak yang ada di Balikpapan, tentara Jepang datang untuk mencoba menguasainya setelah mengetahui ada kilang minyak di daerah tersebut. Saat itu peralihan kekuasaan Belanda ke Jepang memang mulai terjadi di berbagai tempat di Indonesia.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Saat pertama kali singgah di Balikpapan melalui Tarakan, Jepang sudah mengirim pesan kepada pihak Belanda untuk tidak membakar kilang itu. Namun, karena terdesak dengan jumlah yang sedikit dan tidak rela Jepang menguasai begitu saja kilang tersebut, pihak Belanda malah tidak mengindahkan peringatan Jepang. Melihat kilang yang ingin dikuasainya dibakar oleh Belanda, tentara-tentara Jepang marah, lalu merangsek masuk dan menyerang tentara-tentara Belanda yang ada di sana. Pihak Jepang kemudian berusaha menangkap semua orang Belanda yang ada di Balikpapan.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU1lMqH1iSObArZbB5vRUxE54G1VGpBrGDID_muC8MKyFwzRvzh5NmzZ_zNqF9S7DISYrrKHrikM3fHxMU62bF7y6RbTbcYPP1tNgqNxLO2us0J66EbJ6xVHKLD-nUXjxQ7xQCDbLulg8/s1600/Legenda+Rumah+Pembantaian+-+Suster+Mari.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU1lMqH1iSObArZbB5vRUxE54G1VGpBrGDID_muC8MKyFwzRvzh5NmzZ_zNqF9S7DISYrrKHrikM3fHxMU62bF7y6RbTbcYPP1tNgqNxLO2us0J66EbJ6xVHKLD-nUXjxQ7xQCDbLulg8/s400/Legenda+Rumah+Pembantaian+-+Suster+Mari.jpg" /></a>Saat tentara Jepang itu sudah menyisir hampir seluruh daerah di Balikpapan, mereka akhirnya sampai di Gunung Dubs. Di sana, seorang suster yang bernama Marie van Veenen ada di antara mereka, juga ikut tertangkap oleh tentara Jepang. Sebagian orang-orang Belanda yang ditangkap kemudian dikumpulkan di sebuah daerah yang bernama Benua Patra. Mereka semua akhirnya tewas setelah dibunuh oleh tentara Jepang di sana. Sedangkan, Marie van Veenen bersama sebagian orang keturunan Belanda lainnya dikumpulkan di sebuah rumah yang berada di dekat jembatan gantung yang ada di sana.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Saat itu juga, pihak Belanda yang terdiri dari beberapa keluarga mengadakan perlawanan di rumah tersebut. Sementara itu, beberapa dari mereka juga sempat melarikan diri dari rumah itu ke hutan-hutan dan jembatan gantung yang ada di situ, termasuk Marie. Terpecah, usaha mereka akhirnya sia-sia setelah tentara Jepang dengan sigap menghalau perlawanan orangorang Belanda yang tersisa di sana. Semua yang tidak sempat melarikan diri dari rumah itu dihabisi dengan sadis. Keluarga Marie juga ikut terbunuh di rumah itu, semuanya dibantai. Setelah menghabisi mereka yang ada di rumah tersebut, Jepang kemudian mengejar sisanya ke dalam hutan dan jembatan gantung. Marie van Veenen atau biasa dikenal dengan sebutan Suster Maria akhirnya terdesak di jembatan itu, bersama yang lainnya. Jepang yang menangkap mereka di jembatan itu, kemudian membunuh mereka satu per satu. Marie pun akhirnya berhasil ditangkap dan dibunuh dengan keji oleh tentara tentara Jepang.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Hari ini setelah segala sejarah dan kisah masa lalu yang kelam dari kejadian itu, rumah di mana orang-orang Belanda itu dibantai akhirnya dikenal dengan nama Rumah Pembantaian. Dan jembatan gantung tempat Marie van Veenen berakhir hidupnya, menjadi salah satu tempat yang paling angker. Sejak kematiannya, hantu Marie atau Suster Maria kerap muncul di tempat itu, seolah tak menerima kematiannya yang tragis.</div>
</span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Tamat</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><a href="https://www.facebook.com/CreepypastaIndonesia">Creepypasta Indonesia (fb)</a></span></div>

Creepypasta Indonesia - Figure - Legenda Rumah Pembantaian - Suster Maria

Legenda Rumah Pembantaian - Suster Maria Sejarah Suster Maria hingga menjadi urban legend di Balikpapan bermula saat penjajahan Beland...

+ Read more »

Creepypasta Indonesia - Experience - Klik

<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #141823; line-height: 18px;"><b><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-large;">Klik</span></b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTeKfFix-QvVZt1D9gTPNv967wO8TK8t243M8wfRKLAnnmu9kegeHmbTyW1xpbFlR2OOo2bqP0g6tbBZ3ODn9Tq2x81KIUZUhNJIQBb-ttvADLmd7B8idE4hreUI8Rq4DAC9I4ew3WEoQ/s1600/934045_933838850031553_5688211804785137920_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="204" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTeKfFix-QvVZt1D9gTPNv967wO8TK8t243M8wfRKLAnnmu9kegeHmbTyW1xpbFlR2OOo2bqP0g6tbBZ3ODn9Tq2x81KIUZUhNJIQBb-ttvADLmd7B8idE4hreUI8Rq4DAC9I4ew3WEoQ/s320/934045_933838850031553_5688211804785137920_n.jpg" width="320" /></a><span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">"Klik, klik, klik"</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Suara tombol hp ku seakan menjadi satu satunya sumber suara dikamar ini, dengan penerangan dari hp yang cukup, malam ini aku sedang membaca salah satu fanspage kesukaanku, creepypasta indonesia.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Whahah, endingnya ternyata tokohnya mati, hahah idenya sungguh gila, dia berani membunuh adiknya sendiri terus bunuh diri, twist ending" seruku setelah selesai membaca salah satu c<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">erita terbarunya.</span></div>
</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline;"><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Jujur, aku adalah penyuka genre cerita horor, fanspage horor apapun aku ikuti, mulai dari yang berbahasa inggris, hingga indonesia. gambar gambar hantu jadi file yang memenuhi memori hp ku, bahkan film horor sudah menjadi makanan sehari hariku. ini memang aneh, tapi aku cinta dunia seperti ini.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
well, kenyataannya sekarang, aku sedang menunggu salah satu cerita yang dijadwalkan akan di post pukul 11 malam ini</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
aku terus menggerakkan tanganku ke bawah, menuju postingan sebelumnya, berharap menemukan cerita yang belum pernah kubaca, namun hasilnya nihil.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
hingga pada satu ketika, tanganku berhenti pada satu gambar aneh yang cukup membuat pupilku melebar.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
nampak gambar seorang wanita dengan matanya yang merah berbingkai hitam, seakan menatapku tajam, dia membawa pisau ditangan kanannya, dibelakangnya nampak beberapa orang yang telah mati, mungkin korban wanita tersebut. darah berceceran dimana mana, menutupi sebagian gaun abu-abu berendanya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
tertulis di keterangan foto : "merasa sendirian? tidak, kamu tidak sendirian sedari tadi" </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
wanita itu menyeringai.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
cukup membuatku merinding.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
aku belum pernah melihat postingan ini.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
ada perasaan aneh yang tiba tiba menegakkan bulu romaku</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
dibebani oleh perasaan takut, sontak akupun berlari menuju saklar lampu dikamarku, aku belum pernah merasakan perasaan semacam ini sebelumnya, ini gila, ada yang tidak beres, foto ini semacam memberikan satu informasi bagi tiap tiap pembacanya untuk waspada, baru kali ini aku dibuat takut oleh admin creepypasta.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
namun sebelum aku sempat menjangkau saklar lampu itu, lampu menyala dengan sendirinya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
dan memang benar,</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
aku tidak sendirian sedari tadi.</div>
</span></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Tamat</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><a href="https://www.facebook.com/CreepypastaIndonesia">Creepypasta Indonesia (fb)</a></span></div>

Creepypasta Indonesia - Experience - Klik

Klik "Klik, klik, klik" Suara tombol hp ku seakan menjadi satu satunya sumber suara dikamar ini, dengan penerangan dari ...

+ Read more »

Creepypasta Indonesia - Experience - Another World

<br />
<div style="text-align: center;">
<b style="color: #141823; line-height: 18px;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-large;">Another World</span></b></div>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline;"><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwQlSn8pvf50vg0p90DZDaWAfzSAttHemLPIZztkrxZ5i69TsgFA_ObXrH6TbcA8RwzkDVzJfPvTkF5YR9aa1oQwgIRW-KoqHnSR1cSOzV1aG8sYooRqcfipRqhkoFUaWGScHrnPtNp18/s1600/Another+World.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwQlSn8pvf50vg0p90DZDaWAfzSAttHemLPIZztkrxZ5i69TsgFA_ObXrH6TbcA8RwzkDVzJfPvTkF5YR9aa1oQwgIRW-KoqHnSR1cSOzV1aG8sYooRqcfipRqhkoFUaWGScHrnPtNp18/s400/Another+World.jpg" /></a>"Ayo, Tim, ini pasti menyenangkan!"</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Tidak! Aku tak mau membuang waktu ku terjebak disana!"</div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Oh, dasar cengeng kau. Pantas saja teman mu hanya kami ber-dua"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Tim benar-benar ketakutan sekarang. Ia berusaha melepaskan tubuhnya dengan bergeliat dari cengkraman Marco dan Steve, yg notabene nya adalah teman nya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Apa kalian tak mendengar ucapan Pak Frank?" Tim berteriak. "Lorong ini adalah penghubung dua dunia! Kalian gila!"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Peduli, ku?" Marco berucap malas. "Dengar, Timmie cengeng. Di sekolah ini tak ada yg menyukai mu. Aku dan Steve hanya berpura-pura menemani mu agar kami bisa memanfaatkan uang mu itu"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Tim tercekat. Jadi, selama ini 2 orang yg sudah ia anggap teman, ternyata musuh yg harus ia hindari.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
""Tolong lepas kan aku" ucap Tim memelas. "Aku akan memberi mu uang, mainan, dan makanan yg sangat banyak. Tolong, tolong lah".</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Mendengar kata uang, mainan, dan makanan, manik Steve ber-binar. Ia hendak melepaskan Tim,. Namun, secepat kilat Marco melarang nya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Jangan lepaskan, Steve!"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Steve terdiam. Ah, apa daya. Ia harus menuruti Marco.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Dengar, Timmie. Sekarang aku tak ingin uang, makanan, atau mainan yg kau bilang itu. Aku hanya ingin kepuasan. Mengerti?".</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Apa maksudmu?!"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Aku ingin kau hilang dari hidup semua orang. Aku bosan melihat mu menjadi sampah di kelas kami. Mengerti?. Steve, lempar dia!"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Tidak! Kalian gila! Tidak!!"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
....</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Steve melempar mantan temannya itu ke arah lorong gelap di samping sekolah mereka. Tim terlempar beberapa meter, ia ambruk.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Beres." ucap Marco puas. "Ayo kita pulang, Steve".</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Ya. Ayo".</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Mereka meninggalkan Tim. Tim, perlahan bangkit, ia sadar, buru-buru ia berlari. Berlari. Lari.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Bruk!.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Sayang, dia terlambat.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Dinding nya kembali utuh, seperti semula.</div>
</span></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Tamat</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><a href="https://www.facebook.com/CreepypastaIndonesia">Creepypasta Indonesia (fb)</a></span></div>

Creepypasta Indonesia - Experience - Another World

Another World "Ayo, Tim, ini pasti menyenangkan!" "Tidak! Aku tak mau membuang waktu ku terjebak disana!" &quo...

+ Read more »

Creepypasta Indonesia - Experience - Depression

<div style="text-align: center;">
<b style="color: #141823; line-height: 18px;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-large;">Depression</span></b></div>
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline;"><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ny.Haw memang tidak mudah menyerah--mempertahankan pendapat nya. Dia bersumpah demi apapun, dia tak melakukannya. Dia menjelaskan, dia hanya tak sengaja. Iya, tak sengaja, di gelap malam.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Ny.Haw, sudahlah" </div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Psikiater penjara itu, Max, sepertinya mulai muak akan keadaan ini. Ia memandang dari ujung rambut sampai bawah--kakinya, begitu berantakan.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBPLjJcTdkG8dQJKtzBJAzexBZVODcd1476PmsXM8X7dFXjrOzZqnlPpeptE77-GQ24UV5UNJMB-X2OxUUHN8axALPCDk6fg55o6PyhyJzk-iUkjE0HXcmEqSwrghyphenhyphen4bnztEAALNGlPzA/s1600/Depression.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="273" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBPLjJcTdkG8dQJKtzBJAzexBZVODcd1476PmsXM8X7dFXjrOzZqnlPpeptE77-GQ24UV5UNJMB-X2OxUUHN8axALPCDk6fg55o6PyhyJzk-iUkjE0HXcmEqSwrghyphenhyphen4bnztEAALNGlPzA/s320/Depression.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
"Kau tak mengerti!" Ny.Haw mulai kumat. Ia berteriak kesetanan. "Ini gila! Brengsek! Aku tak membunuh Claudia! Dia anakku!".</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Maaf, nyonya" bantah Max dengan sorot matanya yg bagai elang. "Jelas-jelas saksi--Grean, menemukan kau dan putrimu di gudang dan kalian berdarah! Kau mengerti maksudku, kan?!"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Dasar brengsek kau! Aku hanya--tak sengaja...ya, tak sengaja! Kau mengerti?!".</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Max membuang nafas nya dengan teratur. Ia kembali memandang Ny.Haw yg terpuruk.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Sialan, berduaan selama semalaman ini membuat Max gila. Ia ingin kabur dari sini. Dari psikopat yg membunuh anak nya sendiri dan tetangga nya.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ny.Haw menangis. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan menunduk dalam. Rambut cokelat nya terurai berantakan.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Nyonya..."</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Tolong lepaskan aku"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Max ingin tertawa mendengarnya. Lepas? Hah? Apa ada jaminan dia takkan membunuh lagi?.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Tidak bisa"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Tolonglah" Ny.Haw memohon. Mata safir nya berkaca-kaca "Aku hanya ingin memakamkan Claudia dengan sebaik-baiknya. Tolong. Aku tahu kau sangat baik. Tolonglah".</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Nyonya!".</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Max membantah tegas. Ruangan kosong ini terasa hampa dengan hanya 2 orang sebagai pengisinya. Dan 2 kursi yg terduduki, serta 1 meja kotak yg minimalis.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Kau tahu, psikopat sepertimu harus dihukum mati" Max berkata kasar, ia sudah tak tahan lagi dengan rengekan Ny.Haw.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Tap-tapi..."</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Tak ada tapi-tapi nyonya! Kau pikir dengan kau mengambil jantungku semalam aku akan berbaik hati melepaskan mu?! Tidak!".</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Max menunjukan bagian dada nya yg berlubang. Dan dengan darah segar yg terus mengalir.</div>
</span></span><div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Tamat</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><a href="https://www.facebook.com/CreepypastaIndonesia">Creepypasta Indonesia (fb)</a></span></div>

Creepypasta Indonesia - Experience - Depression

Depression Ny.Haw memang tidak mudah menyerah--mempertahankan pendapat nya. Dia bersumpah demi apapun, dia tak melakukannya. Dia menjel...

+ Read more »

Creepypasta Indonesia - Experience - Confession

<br />
<div style="text-align: center;">
<b style="color: #141823; line-height: 18px;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-large;">Confession</span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEmt1v-kjjR-BP75VbhdK3gxXE2s_tYCz0b-T-Awx45uGkdqE36kNoTEqx55NAdJAbmy0f9UeSqkREml7Tze6EqLNESM-Q4Pjcz9hZLc-zB8ElP5fySgGy9gyzuBJSnNrb4c-0_Z0LJBo/s1600/Confession.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEmt1v-kjjR-BP75VbhdK3gxXE2s_tYCz0b-T-Awx45uGkdqE36kNoTEqx55NAdJAbmy0f9UeSqkREml7Tze6EqLNESM-Q4Pjcz9hZLc-zB8ElP5fySgGy9gyzuBJSnNrb4c-0_Z0LJBo/s320/Confession.jpg" width="228" /></a>Aku menatap monitor EEG disamping ranjang Waldo. Garis garis itu bisa berubah datar kapan saja. Kudekap tangannya dalam genggamanku--dingin dan pucat. Ia terbaring lemah, membisu dengan pandangan hampa. Tiap kali kukunjungi Waldo, aku tahu, aku hanya akan menyaksikan raganya yang semakin kurus dan tak bertenaga lagi. </div>
</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline;"><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Pria tua itu hanya akan melirik keatap atap rumah sakit. Ia berakhir dirumah sakit disebabkan vonis dokter 6 bulan lalu, menyatakan ada tumor ganas di hati bagian kirinya, hidupnya mungkin sudah diujung paruh. Pantas saja, ia sering kesusahan mengambil nafas dan sering mendadak bengek. Nasib pak Waldo sungguh malang.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kurasa Waldo Fritsweiler di jabatan hakimnya sering merampas hak kalangan rakyat bawah, kau tahulah, suap menyuap, pemerasan. Pak Waldo seorang korup. Sudah tak asing. Aku sering menjenguknya, dan ketika aku datang ia selalu memekik dalam setengah kesadarannya. Ia meracau dengan ketakutan, tentang kejahatan yang ia lalukan. Tentang kesalahan kesalahannya, tapi sering kali ia menyangkalnya kembali. Kadang kadang seperti ini,</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Pria itu, a-aku hanya mengambil 5,000 dollar darinya… i-itu hanya sedikit…"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Tidak tidak, para pejabat tak bersalah. Mereka tak melakukannya… Ini </div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
pencemaran nama baik…"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Apa salahku bersenang senang sedikit dengan pelacur itu… lagipula ia juga tak punya pilihan lagi, kecuali kalau ia mau masuk penjara... itu bukan salahku…"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Ah, jangan! Aku-aku tak bersalah! Anak gadis itu saja yang bodoh!"</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ia sering berteriak seperti itu. Seolah ia ingin mengakui kesalahannya. Akhir akhir ini ketika aku duduk di sebelah kasurnya, ia semakin sering menjerit jerit tak karuan. Aku menatapnya dan menggeleng miris, keadaannya mungkin semakin parah dan parah. Suster datang ke ruangannya untuk menenangkannya, kemudian pergi lagi.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Pagi ini, aku kembali ke ruangannya. Ia dalam keadaan setengah sadar, menatap ke langit langit ruangan. Aku melangkah dengan pelan, melihat kerutan kulitnya dan jambang kumisnya yang sudah lama tak dipangkas. Ia tampak menderita.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Kutatap jam yang menggantung. 09:22.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku menutup matanya dengan tanganku. Ku hela nafas kasar.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Waldo Fritsweiler."</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
"Waktumu telah habis. Sekarang ikut denganku ke neraka."</div>
</span></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Tamat</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><a href="https://www.facebook.com/CreepypastaIndonesia">Creepypasta Indonesia (fb)</a></span></div>

Creepypasta Indonesia - Experience - Confession

Confession Aku menatap monitor EEG disamping ranjang Waldo. Garis garis itu bisa berubah datar kapan saja. Kudekap tangannya dalam gen...

+ Read more »

Creepypasta Indonesia - Experience - My Basement

<br />
<div style="text-align: center;">
<b style="color: #141823; line-height: 18px;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace; font-size: x-large;">My Basement</span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ibuku selalu melarangku untuk turun ke Basement, aku tidak tahu apa alasanya, namun setiap kali aku berdiri di pintu Basement dia akan sangat marah dan menyuruhku pergi ke kamar.</div>
</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline;"><div style="text-align: center;">
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Suatu hari, aku mendapatkan kesempatan ketika ibu keluar untuk pergi belanja. Aku mengendap-endap menuju pintu Basement, namun sayang sekali saat itu pintu sudah di kunci, awalnya aku putus asa dan mungkin ini adalah bagian dari rencana ibuku agar aku tidak pergi kesana.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPacLFBRQ9Yam_pGO_nFcL0ynPpvrXQQEPUZcRrKU5dRW_bBGALU0ebpDjzwBLeyQfkqk7XH51E3RkUwS9D_2MDqeIgCx1s37lYsQ8Ei3XnjvU8dnU1VKR5HRyZqZAyJlAV7yKPCwJ-d4/s1600/My+Basement.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPacLFBRQ9Yam_pGO_nFcL0ynPpvrXQQEPUZcRrKU5dRW_bBGALU0ebpDjzwBLeyQfkqk7XH51E3RkUwS9D_2MDqeIgCx1s37lYsQ8Ei3XnjvU8dnU1VKR5HRyZqZAyJlAV7yKPCwJ-d4/s320/My+Basement.jpg" width="320" /></a>Semakin lama, rasa penasaranku semakin besar. Pada malam hari, ketika ibuku tidur, aku masuk ke kamarnya dan mencuri kunci pintu Basement, kelihatanya ibuku sangat kelelahan sehingga mengambil kuncinya itu sama mudahnya seperti mengambil permen dari bayi. </div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Aku mengendap-endap turun dan perlahan membuka engsel pintu, ketika pintu terbuka aku terkejut setengah mati karena suara pintunya yang berderit cukup keras untuk memecahkan keheningan saat itu.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Namun, aku tetap memaksa untuk turun, aku melihat ke anak tangga yang langsung menuju Basement, sangat gelap, lebih gelap dari apa yang ku duga sebelumnya. Kegelapan itu seperti menelan segalanya, kau tidak akan bisa melihat apa-apa dengan mata kosong, aku memutuskan untuk turun lebih jauh lagi, namun saat itu bayangan seseorang di atasku mengejutkanku. Ibuku melihatku dengan amarah memuncak di wajahnya. Dengan cepat, dia turun dan menarik tanganku agar meninggalkan tempat itu.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Setelah dia menutup pintu dengan keras dan menguncinya, wajahnya masih terlihat murka, dengan suara melengking ibuku memarahiku habis-habisan, dia bilang aku anak yang nakal dan aku akan mendapatkan hukuman karena itu, aku hanya diam dan menunduk menatap sepatuku. Aku benar-benar merasa bersalah dan perasaanku jadi tidak enak karena itu.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</span><span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Setelah ibu puas memarahiku, dia menuntunku menuju meja makan, dia pergi ke kulkas dan mengambil ice cream untukku, aku masih diam menatap ice cream, lalu aku mendengar dia berbicara kepadaku lagi, kali ini sangat lembut dan dia berusaha melupakan amarahnya dan tentu saja apa yang aku lakukan hari ini.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Ibu mengacungkan jari kelingkingnya, memaksaku untuk bersumpah tidak akan lagi bersikap nakal dan mematuhi semua peraturanya. Aku bersumpah saat itu juga kepadanya. Ibu tersenyum dan kembali ke kamarnya, sementara aku mulai melahap ice cream itu kembali, lagipula.. aku sudah tidak penasaran lagi dengan Basementku.</div>
</span><div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div style="text-align: center;">
Disana.. aku hanya menemukan seorang anak lelaki yang menatapku. Tanpa tangan dan kaki.. dia hanya diam di sudut Basementku.</div>
</span></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Tamat</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18px;"><a href="https://www.facebook.com/CreepypastaIndonesia">Creepypasta Indonesia (fb)</a></span></div>

Creepypasta Indonesia - Experience - My Basement

My Basement Ibuku selalu melarangku untuk turun ke Basement, aku tidak tahu apa alasanya, namun setiap kali aku berdiri di pintu Basem...

+ Read more »