Phone Booth

Ada dua orang remaja bernama Kenzo dan Tatsuya yang sangat tertarik dan selalu berbagi cerita-cerita misteri. Kapanpun mereka bertemu, mereka selalu mempunyai kisah-kisah baru untuk diceritakan.
Suatu hari, Tatsuya sedang menjelajah internet, ketika ia menemukan sebuah website yang memuat banyak cerita-cerita horror asal Jepang. Ia membaca tentang sebuah kisah tentang sebuah jembatan gantung yang berada di dekat rumahnya. Website tersebut memuat cukup banyak foto dari jembatan itu beserta area di sekitarnya. Setelah ia membaca legenda yang berkaitan dengan jembatan tersebut, Tatsuya yakin bahwa temannya akan tertarik.

Hari berikutnya, Tatsuya bertemu dengan Kenzo, ia pun menceritakan kisah tentang jembatan tersebut kepada Kenzo. Itu adalah sebuah jembatan gantung tua yang membentang pada sebuah jurang yang sangat dalam. Untuk beberapa alasan yang tak dapat dijelaskan, jembatan itu terkenal sebagai tempat bunuh diri. Setiap tahunnya, ada sekitar 20 hingga 30 orang yang menjatuhkan dirinya dari jembatan tersebut dan tewas seketika. Tak seorang pun dapat menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Orang-orang bilang bahwa jembatan itu dihantui oleh roh-roh dari orang-orang yang bunuh diri di sana.

Ketika Kenzo pulang ke rumahnya saat hari telah malam, ia memutuskan untuk memeriksa jembatan tersebut. Ia benar-benar ingin melihat hantu secara langsung. Jadi, ia memutuskan untuk bersiap-siap pergi ke gunung di mana lokasi jembatan itu terbentang. Itu memerlukan waktu sekitar setengah jam untuk sampai di sana.
Saat itu telah hampir menjelang tengah malam, ketika Kenzo sampai di jembatan tersebut dan tak ada seorang pun di sana. Tempat itu sangat gelap dan sangat sunyi. Keadaan di sekitar jembatan tersebut sangat menyeramkan hingga membuat Kenzo bergidik ngeri.

“Wow, tempat ini sungguh menyeramkan,” Kenzo bergumam sambil berjalan di tepi jurang dengan berhati-hati dan mengintai ke dasar jurang. Ia mulai berpikir tentang orang-orang yang telah terjun ke dalam kegelapan tersebut. Memikirkan hal itu membuat bulu kuduk Kenzo berdiri.

Kenzo pun berniat memberi tahu Tatsuya bahwa ia berada jembatan gantung yang ia ceritakan. Kenzo mengambil ponselnya hendak menelpon Tatsuya, akan tetapi ia tidak mendapatkan sinyal. Kenzo memperhatikan sekitarnya hingga akhirnya ia menemukan sebuah bilik telepon di dekatnya. Ia memasuki bilik telepon itu, memasukan beberapa koin dan menekan nomor telepon Tatsuya.

“Hello? Tatsuya? Tebak di mana aku sekarang,” kata Kenzo. 

“Aku berada di jembatan gantung yang kau ceritakan. Pemandangan di sini sangat luar biasa. Kau harus datang kemari dan melihatnya sendiri.”

“Ya, aku ingin pergi ke sana,” jawab Tatsuya.

“Aku sudah melihat seluruh foto dari jembatan itu... Tunggu... Kamu menelpon ku menggunakan nomor siapa?”
Kenzo tertawa. 

“Oh, aku tidak mendapatkan sinyal pada ponselku, jadi aku menelpon menggunakan telepon umum di sini...”
Tatsuya pun kebingungan. 

“Telepon umum? Tidak ada telepon umum pada foto-foto yang telah kulihat.”

“Apa maksudmu?” tanya Kenzo.

“Aku berada di dalam bilik telepon umum di ujung jembatan... Tunggu, sebaiknya aku segera pergi.. Ada banyak orang yang mengantri untuk menggunakan telepon ini... Aku akan menelponmu lagi begitu aku tiba di rumah.”

Setelah Kenzo berkata seperti itu, Tatsuya tiba-tiba berteriak, “Tidak! Kenzo, jangan keluar dari bilik telepon tersebut! Aku tahu tempat itu! Aku akan sampai di sana dalam 30 menint. Apapun yang terjadi, jangan bergerak!”

“Ada apa sebenarnya?”

“Berjanjilah padaku kau akan tetap berada di tempatmu berdiri sekarang. Jangan bergerak se-inch pun, mengerti? Akan kututup teleponnya. Aku akan segera ke sana!”

Ketika temannya telah memutuskan sambungan teleponnya, Kenzo merasa dirinya diselimuti oleh ketakutan. Ia tetap berdiri di dalam bilik telepon tersebut sambil menempelkan gagang teleponnya pada telinganya. Ketika ia menengok ke belakang, ia melihat barisan orang-orang berdiri di luar bilik telepon memperhatikannya. Tatapan mereka membuat Kenzo bergidik ngeri.

Setengah jam kemudian, ketika Tatsuya sampai di jembatan gantung tersebut, ia menemukan temannya berdiri persis di ujung jurang. Ia sedang menggenggam sebuah ponsel tepat di sebelah telinganya. Tidak ada bilik telepon maupun barisan orang-orang yang menunggu untuk menggunakan telepon tersebut. Jika Kenzo bergerak se-inch saja, ia akan terjatuh ke dalam jurang, menjemput ajalnya.


Tamat

0 comments:

Post a Comment

 
Top