Papa


Aku adalah tenaga pengajar sementara untuk anak-anak kelas dua, dan aku betul-betul menyukai pekerjaanku ini. Meskipun ke depannya aku berharap dapat melakukan pembelajaran lebih lanjut mengenai psikologi anak-anak. Untuk alasan ini, aku kerap memberikan tugas-tugas kepada mereka supaya—sedikit-banyak—aku dapat menerka-nerka bagaimana pola berpikir mereka dan bagaimana anak-anak itu menginterpretasikan apa-apa di sekitar mereka, begitu pula upaya yang mereka lakukan untuk memahami apa yang mereka lihat di sekitarnya. 

Kemarin, aku membawakan bermacam-macam alat menggambar ke kelas, yang membuat anak-anak tampak tak sabaran. Pada awalnya, begitu sulit bagiku untuk membuat anak-anak tetap menggambar di kertas dan menghindarkan mereka dari bosan. Tetapi, aku dapat memberitahukan mereka bahwa ini adalah tugas untuk dikerjakan.

“Ibu mau kalian menggambar monster,” kataku, “kalian boleh menggunakan alat gambar apapun yang kalian mau, tetapi pastikan kalian mengembalikannya ke tempat semula setelah selesai.” 

Mereka kelihatannya menikmati tugas yang aku berikan, dan melakukannya dengan sungguh-sungguh, hingga kami membutuhkan cukup banyak waktu untuk menyelesaikan semua gambar. Aku sebenarnya berencana membuat anak-anak melakukan presentasi kecil-kecilan tentang karya yang mereka buat di depan kelas, tetapi jam kelasku hampir habis. Jadi, aku mengatakan bahwa mereka boleh meninggalkan karyanya di mejaku sebelum pulang. Agar aku dapat memeriksanya malam nanti setibanya di rumah. Aku benar-benar merasa kagum dengan daya imajinasi mereka, beberapa karya bahkan memiliki nilai lebih secara artistik untuk seusia anak-anak. Kebanyakan anak menggambar monster yang mereka lihat di “Monster Inc”, sementara lainnya menirukan wujud vampir pada umumnya, monster Frankenstein, dan serigala jadi-jadian. Beberapa menggambar monster lucu untuk dijadikan peliharaan. Dua atau tiga anak menggambar wujud-wujud yang lebih menakutkan seperti Slenderman, Babadook, dan iblis mengerikan itu dari Insidious, yang menurutku cukup mengkhawatirkan. Aku meninggalkan catatan untuk orangtua mereka tentang jenis film atau tontonan yang dapat dibatasi atau dibimbing.

Tetapi, hanya satu gambar yang benar-benar mengerikan bagiku hingga aku merasa was-was dan membuat seluruh badanku merinding. Itu adalah gambar seorang laki-laki biasa, yang tengah memakai jas dan dasi, di sebelahnya, terdapat tulisan dengan tinta merah: “Papa”.


Tamat

0 comments:

Post a Comment

 
Top