Would You Feel Any Different


Credits to: KMApok
Source: fifteenhours-creepystories.tum

Coba bayangkan.

Kau, adalah makhluk yang sangat kuat dan cerdas, namun terpenjara tanpa bisa melawan.

Pengurungmu membiarkanmu terus begitu selama bertahun-tahun. Mereka tak perduli. Mereka tahu kau akan tetap bertahan.

Meski kau sangat kuat dan pintar, kau tidak pernah berhasil keluar dari tahananmu. Kau telah mencoba beribu, tidak, berjuta cara. Namun percuma. Kurungan itu terlalu kokoh. Kau harus terus berusaha sadar agar kegilaan tidak menguasai pikiranmu di dalam sana. Terlepas dari semua kelebihan yang kau punya, kau tetaplah insan yang tak sempurna, kau juga memiliki batas kesabaran.

Kadang kala, salah seorang pengurung akan membebaskanmu. Hanya untuk beberapa saat. Dan hanya untuk sebuah maksud. Sebutlah sebagai 'latihan'. Sebutlah sebagai 'siksaan'. Bagimu itu adalah sekelebat pemandangan indah dunia, di luar penjaramu, dan kau bisa menikmatinya untuk sesaat setelah begitu lama terkurung. Setelahnya kau akan kembali lagi terisolasi. Tak ayal kebencianmu pada mereka tumbuh dengan pesatnya.

Selama ini kau sudah memohon, mengiba, menawarkan sesuatu, namun tetap tak dapat meluluhkan hati mereka. Tentu beberapa dari mereka merasa bersalah padamu, tapi pada akhirnya, ke dalam kurungan itu lagi kau akan kembali.

Jadi kau memutar otak. Kau mulai bersenda gurau dengan pengurungmu, membuat mereka melihatmu sebagai teman. Jika iba tak berhasil, mungkin pertemanan adalah jawabannya. Strategimu tak berjalan lancar pada awalnya, mereka sangat waspada dan selalu menjaga jarak. Hingga suatu hari kau berjumpa dengan anak ini.

Dia masih muda dan tampak bersemangat. Ketika ia mengeluarkanmu, kalian langsung akrab. Dia anak yang baik, tapi jangan salah paham. Kau hanya memandangnya sebagai sebuah kesempatan emas. Kau membencinya sama seperti yang lain. Semua yang telah mengurungmu harus membayar suatu saat nanti. Kau akan bersabar hingga tiba waktunya. Kau harus terus bersandiwara. Kau tunjukkan semua kemampuanmu. Semua trik dan akal-akalanmu. Dan dia yang sangat naiv, tertipu dengan mudahnya.

Saatnya pun tiba. Kala itu kau akan dimasukan kembali ke kurungan. Kau menatapnya, dan menceramahinya sambil menunjukan tampang arif nan bijak. Sekarang atau tidak sama sekali.

Ia mengangkat lampu itu, dan berkata, "Jin lampu ajaib, aku berharap agar kau bebas!"

Kata-kata yang sudah kau damba begitu lama akhirnya terlafalkan. Rantaimu bergemerincingan jatuh ke lantai, dan seulas senyum muncul di wajahmu.

Sekarang akan kau tunjukan betapa besar dendammu kepada bocah ingusan ini dan semua yang lainnya. Mereka belum tahu betapa dahsyatnya kekuatanmu. Dan mereka akan segera menyaksikannya.


Tamat 

0 comments:

Post a Comment

 
Top