Story Betwen My Country And Nepal

Mengingat kembali sekitar 13 tahun lalu,ketika aku masih seorang bocah.

***

Saat itu matahari sudah hampir tenggelam,aku bersama ayah dan ibuku melakukan perjalanan ke sebuah kota di Nepal, sebuah perjalanan yang sangat panjang dan membosankan,hanya jejeran pohon pinus besar yang tersusun rapi di pinggir jalan. Hari semakin gelap dan hujan pun mulai turun. 

Tiba-tiba fokusku tertuju kepada seseorang yang berdiri di pinggir jalan.

Itu adalah sebuah badut yang menggendong seekor anjing yang terlihat lemas, perlu diketahui aku dulu adalah seorang anak yang senang dengan badut.

"Ayah, lihat! Sepertinya dia butuh tumpangan" kataku.

"Umm... entahlah nak,aku tidak yakin" jawab ayahku.

"Buuuu..." Aku menatap ibuku dengan wajah memelas.

"Ayolah sayang,kurasa dennis benar, sepertinya orang itu butuh bantuan" kata ibuku.

"Baiklah," jawab ayahku sembari menurunkan kecepatan mobil.

"Kau butuh tumpangan?" kata ayahku ketika ia menurunkan kaca jendela.

Aku tak menyimak apa yang ia katakan,tak lama kemudian ayahku menyuruhnya untuk naik.



Ia duduk tepat di sampingku sambil bergumam kecil kepada anjingnya yang tak sadarkan diri.



"Ada apa dengannya?" tanyaku penasaran tapi badut itu hanya diam saja sambil mengelus-elus kepala anjingnya.

Hari semakin malam dan hujan semakin deras,saat mobil kami melewati terowongan tiba-tiba terdengar suara teriakan ibuku yang memecah malam kemudian aku merasakan mobil menabrak sesuatu dan aku tak sadarkan diri.

***

Aku terbangun di sebuah ruangan pengap dengan keadaan terikat di sebuah bingkai kayu besar, hanya cahaya lilin dan bantuan cahaya rembulan yang menerangi ruangan ini. Kulihat ayah juga terikat disampingku. Kupanggil namanya berkali-kali hingga ia sadar.



Ia mencoba melepaskan ikatan tangan dan kaki nya tapi percuma.

Pintu terbuka...



Tampak sebuah bayangan seseorang berdiri didepan tersebut, ia mendekat...



Semakin dekat...



Semakin dekat hingga aku dapat melihat wajahnya.

Itu adalah sang badut, dengan make up wajahnya yang mulai luntur dan darah yang banyak di sekitar dahi dan mulutnya.

Aku hanya bisa menjerit memanggil ayahku tetapi sang badut tak bergeming. Ia menatap mataku seolah ia masuk kedalam jiwaku dan mengoyak semua ketakutanku.



Ia memalingkan wajahnya, ia melihat ayahku yang terus menyumpah. Tak lama ia mundur dan pergi keluar ruangan tanpa sepatah katapun.

"Ayah,dimana ibu?" Tanyaku takut. Ayah berkata ia baik-baik saja tapi aku bisa tau kalau dia bohong.
Badut itu kembali masuk, tampak ia memegang sesuatu di tangan kirinya kemudian melemparkannya kearahku.

ITU ADALAH KEPALA IBUKU!!

Pada saat itu aku hanya bisa menangis dan menjerit sekuat-kuatnya. Ia mengarahkan ujung pisaunya tepat didepan leherku,mengisyaratkanku untuk diam.



Pada saat itu ayah juga menangis,memohon kepadanya.

"Kumohon jangan sakiti dia, kumohon! Lepaskan dia dan jadikan aku sebagai gantinya" Ayah terus mengatakan itu berkali-kali agar si badut tak menyakitiku.

Sang badut pun menarik pisau nya menjauh dari leherku,ia memegang rahangku kemudian mengarahkannya ke kanan tepat kearah ayah.



Kemudian ia jalan menuju ayah. Ia berbisik sesuatu kepada ayah dan ayah hanya menjawabnya dengan isak tangisnya.

Ia kembali padaku,melepas ikatan tali yang melilit pergelangam tangan dan kaki ku..aku terjatuh dan hanya bisa menangis.

"Lari nak! LARI!!!" Ayahku berteriak kencang namun aku hanya bisa terdiam melihat badut yang kembali mendatangi ayahku.



Ia memegang kepala ayahku kemudian menyayatkan pisau berkarat tersebut di lehernya kemudian ia tampak meng gerogoti leher ayahku dan meminum darahnya.

Aku hanya bisa terdiam menangis, badan ini seolah membeku dan tak mampu beranjak dari tempat itu.

Aku melihat detilnya ketika darah ayahku mengalir dan badannya yang terus kejang mencoba untuk kembali mendapatkan nafasnya.

Badut itu menatapku dan mencoba menggapai tetapi reflek ku tiba-tiba kembali datang. Aku berlari sekencang-kencangnya mencoba kabur dari badut itu. Aku terus berlari namun ia mengejarku sambil tertawa gila, tak lama pandanganku semakin gelap dan akhirnya pada saat itu aku jatuh pingsan.



Aku mengingat kata-katanya pada saat itu,ia berteriak dengan suara seraknya.

"Aku akan menemui mu!"

***



Kini aku merasakan seseorang berdiri dibelakangku, sedang memperhatikanku dari jarak yang cukup dekat.

Terdengar suara...

"Aku telah menemukanmu nak"


Tamat

0 comments:

Post a Comment

 
Top