Don't Shoot
Hari ini adalah hari yang indah bagiku. Setelah melewati masa sulit untuk menyelesaikan Tugas kuliahku kini aku bisa sedikit bersantai—aku berjalan dengan santai saat melewati Taman ketika mataku menatap seorang pria yang tengah duduk memandang kosong apa yang ada di depanya.
Ku perhatikan lebih detail lagi, hingga akhirnya aku tergugah mendekatinya untuk sekedar berbicara kepadanya.
“Hai, Stuart. Apa yang kau lakukan disini?” tanyaku yang kemudian duduk di sebelahnya.
Dia melirikku sejenak kemudian mengatakan “Jim, aku sedang memikirkan sesuatu..” dia kemudian diam, lalu berbicara “aku sudah lama suka pada seorang wanita, namun aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan?”
Dia tampak murung, dan aku bisa melihat dari raut wajahnya.
“Oh, Stuart. Kalau begitu kau harus menembaknya”
“menembaknya.” Dia mengulangi.
“ya, kau harus menembaknya, itu cara kami untuk mendapatkan seorang wanita” ucapku meyakinkanya.
“maksutmu, kalian mendapatkan wanita dengan cara menembaknya” dia menatap kosong diriku.
Aku mencoba lebih meyakinkanya, hingga dia kemudian bertanya kepadaku “dimana aku harus menembaknya?”
“tentu saja di hatinya teman. Kau tahu bukan, wanita sangat peka dengan hati mereka”
Dia mengangguk sejenak kemudian berdiri di hadapanku. “kalau begitu, aku harus mencobanya”
“tentu saja, kau harus mencobanya teman” aku menepuk bahunya untuk menambah semangat dirinya, “sekarang kau harus mencarinya , bawa dia ke Taman kemudian tembak dia disana. Ingat, tembak dia tepat di hatinya”
Stuart melangkah meninggalkanku.
**
Siang itu aku menghabiskan waktuku di dalam kelas, hingga kerumunan Orang menarik perhatianku.
Ku dekatkan wajahku di jendela ketika melihat, 2 Polisi sedang mengawal seorang pria yang tidak asing di mataku, hingga aku memekik melihatnya “Stuart”
Aku segera menerobos kerumunan, sementara suara dari Mobil Sirine Polisi terdengar bising.
“tunggu” sahutku “apa yang terjadi, kenapa mereka membawamu”
Stuart menatapku kemudian mengatakan “aku tidak tahu kenapa mereka membawaku.” Dia diam sejenak kemudian “Well, aku melakukan apa yang kau katakan. Saat di Taman, aku bertemu denganya, dan ku keluarkan Pistol Curianku, ketika aku bersiap untuk membidik hatinya. Dia berteriak kemudian berlari dariku, karena aku tidak bisa membidik hatinya, ku lepaskan tembakan tepat di kepalanya—dan sekarang aku tidak tahu kenapa mereka menangkapku. Apa karena aku tidak menembak hatinya seperti yang kau bilang?
Seharunya aku menembak hatinya. Well, lain kali aku akan menembak wanita tepat di hatinya teman.”
Tamat
0 comments:
Post a Comment