The Longest Week


Mempunyai kemampuan untuk melihat masa depan seseorang –bahkan termasuk punyaku sendiri- memang sebuah hal mengesankan. Sebuah tindakan preventif bisa dilakukan untuk mencegah datangnya hal buruk. Rasanya salah, memang. Seperti mencurangi takdir. Namun tetap saja, keingintahuan mengenai masa depan selalu merupakan hal yang sangat menggoda. Lagipula, sekuat apa pun mereka berusaha mengubah masa depan yang telah aku lihat, hasil akhirnya tetap sama: tak berubah sedikit pun.

Benar atau salah, yang jelas aku cukup bisa hidup berkecukupan dengan kelebihanku yang satu ini. Orang-orang berduyun-duyun datang kepadaku untuk mengetahui masa depan mereka. Terkadang aku merenung dan bertanya-tanya, apalah artinya hidup jika akhir dari kisah tersebut telah diketahui. Seperti sebuah pertandingan bola misalnya, apa asyiknya menonton pertandingan jika hasil akhirnya sudah diketahui.

Terkadang memang ada beberapa hal yang jauh lebih baik untuk selalu berada di balik jubah misteri: tak diketahui.

Andaikan saja aku menyadari hal itu sebelumnya, mungkin penantianku ini tidak terlalu berat dan mengerikan rasanya.

Sore itu, saat kebosanan hinggap begitu menyesakkan. AKu mencoba melihat masa depanku. Keputusasaan datang menghancurkan hidupku, dan rasanya dunia di sekitarku runtuh. Aku melihat hidupku berakhir pada tanggal 19 Juli 2013, nanti. Untuk pertama kalinya, aku meragukan kemampuanku, dan aku berusaha melupakan ramalan terkutuk tersebut.

Kualihkan perhatian dari hal tersebut dengan menyibukkan diri, hingga kemudian beberapa bulan telah berlalu.

Hingga pagi tadi, saat hendak membuat sarapan, seseorang membekap mulutku dengan kain berbau kloroform. Hanya itu yang aku ingat sebelum terbangun di ruangan pengap ini dengan tubuh terikat. Tangan dan kakiku terkunci oleh borgol yang masing-masing terhubung dengan rantai kokoh. Tak ada jendela di ruangan ini, satu-satunya cahaya hanya berasal dari lampu neon redup yang tergantung di langit-langit. Bau kotoran manusia dan anyir nampaknya tidak mengganggu seorang pria yang berdiri di depanku. Di antara kami tergeletak baki penuh dengan benda-benda tajam. Seketika aku paham semuanya, atau apa yang akan terjadi denganku. Ramalanku sebelumnya kembali mengalir dalam ingatan.

“Cepat sekali kau bangun?” sapa penculikku. Aku yakin telah banyak pengunjung di tempat ini sebelum diriku. Aku bergidik ngeri membayangkan semua kengerian yang akan terjadi. Hingga kemudian aku teringat sesuatu.

“Tanggal berapa sekarang?” tanyaku.
“13 Juli. Tahun 2013 kalau kau juga lupa,” ejeknya. “Kenapa? Angka yang cukup keramat, kan?” tambahnya lagi.

Seketika tubuhku menggigil tak terkendali. Oh Tuhan. Minggu ini akan jadi minggu yang panjang …
Amat, sangat panjang ….

Selesai

0 comments:

Post a Comment

 
Top