Relief

Dentuman bas terdengar samar berulang-ulang dari dalam kelab malam, memberi latar belakang yang cocok untuk tempat bisnisku di gang gelap yang kusebut "Bazar" ini. Hanya sedikit orang yang memasuki Bazar, karena memang hanya sedikit yang mengetahuinya. Aku hanya menjual satu barang: Pelepasan (Relief). Bukan, ini bukan heroin atau ekstasi; obat-obatan itu hanya menawarkan pelepasan sementara, tapi berujung penderitaan. Aku juga tidak menjual obat tidur. Apa yang kujual tak bisa ditemukan di apotek atau toko obat manapun. Aku menjual produk yang absolut. Aku menjual Pelepasan.

Kau mungkin bertanya-tanya mengapa aku bertransaksi di gang gelap begini kalau memang produkku sebagus itu. Jawabanku: "Kalau tidak rusak, jangan diperbaiki." Gang gelap ini sangat bagus untuk bertransaksi. Tapi, aku tak berniat membuat orang ketagihan atau menjaring pembeli tetap. Harga yang kutetapkan cukup bagiku untuk hidup sambil menciptakan lebih banyak Pelepasan. Tiap pembeli kuperlakukan dengan adil, dan aku juga puas.

Tapi sudah cukup tentang diriku. Mari kita bicara soal Jeff. Jeff seorang pengacara. Bukan tipe pengacara yang muncul di pengadilan seminggu sekali dan kemudian menghabiskan 6 hari tidur dan minum-minum. Jeff tipe pengacara yang bekerja 20 jam sehari meneliti berkas-berkas tuntutan perdata untuk menyita rumah dan properti. Jeff kelelahan, stres, dan terpukul secara moral karena pekerjaannya. Jeff perlu pelepasan. Ia datang sesuai yang dijanjikan, pukul 9.30 malam. Ia mengeluh soal bos dan pekerjaannya. Ia mengeluh soal betapa ia merasa bersalah harus muncul di rumah orang-orang yang terlibat hutang untuk menyampaikan bahwa rumah mereka disita. Aku kasihan padanya, sungguh. Ia memberikan uangnya, dan aku menyelipkan Pelepasan ke tangannya. Setelah meminumnya, Jeff langsung terlihat gembira. Ia mendongak ke langit, mengulurkan tangan, melihat milyaran bintang seolah hinggap di ujung jarinya. Ia melompat gembira, berpura-pura menangkap bintang dan bulan, seperti menggerak-gerakkan puzzle. Ia seketika lupa akan orang-orang dan keluarga yang hidupnya ia hancurkan. Jeff lantas berjalan masuk ke gang, jauh dari keriuhan dan jalanan.

Joyce tiba tengah malam. Joyce adalah pekerja sosial. Ia menghabiskan banyak waktu membangun rumah dan komunitas di Tijuana, tempat dimana kemiskinan dan kekerasan telah merampas hidup banyak orang. Joyce juga depresi. Ia menghabiskan banyak waktu melawan sistem, hanya untuk melihat usahanya sia-sia. Setiap kali ia membangun satu rumah, anggota kartel narkoba membakar rumah yang lain. Ia datang kepadaku sambil menangis. Aku memberinya Pelepasan, dan seketika, Joyce berhenti menangis. Ia berdansa dan menari dengan anak-anak khayalan di padang bunga. Ia bermimpi menjadi kaya dan mengundang para keluarga miskin untuk berpesta bersamanya. Ia tak lagi mengingat penderitaan dan kemiskinan yang dihadapinya di Tijuana hari demi hari; ia bahkan tak lagi menoleh ke arah gelandangan mabuk setengah beku yang tertidur di tempat sampah tak jauh dari kami. Joyce pergi tak lama kemudian.

Terry tiba menjelang pukul 5 pagi. Terry yang malang. Ia seorang transgender. Ia remaja yang baik, tapi keluarganya kelewat religius. Tak ada tempat bagi orang seperti Terry di rumah Tuhan, kata mereka. Terry kini hidup sendirian, mencoba berjuang memahami hidup dan mencari tempat dimana ia bisa merasa cocok. Ia mengalami krisis eksistensial. Guratan-guratan di pergelangan tangannya tak cukup untuk mengatasinya. Tapi aku bisa membantunya. Terry meminum dosis Pelepasan yang kuberikan, tapi ia tak lantas berdansa atau menari-nari seperti Joyce dan Jeff. Ia hanya duduk dengan ekspresi bahagia, seolah dikelilingi keluarga dan teman-teman yang sebelumnya tak memahaminya. Terry menangis bahagia, lalu pergi.

Pekerjaanku selesai. Aku pulang, mandi, berganti pakaian. Saat akhirnya menyetel TV, aku memilih berita pagi.

"Penduduk dikejutkan dengan tragedi penemuan 3 mayat yang nampaknya mengalami overdosis di sebuah gang di belakang Fourth Avenue. Tiap jenazah menunjukkan tanda-tanda konsumsi obat yang tak diketahui jenisnya, yang membuat jantung mereka berhenti bekerja. Polisi tak menemukan kaitan antar ketiga jenazah, karena masing-masing memiliki latar belakang dan usia berbeda. Sheriff setempat telah mengumumkan rencana kerjasama dengan Badan Narkotika untuk menemukan si pengedar dan menuntaskan kasus ini secepat mungkin."

Aku bukan apoteker. Aku bukan pengedar.

Aku bahkan bukan manusia.


Tamat

0 comments:

Post a Comment

 
Top