Calendar
Sambil melempar tubuhku ke sofa kulit, aku menyetel siaran tv. Mencoba mencari saluran bagus. Sebenarnya aku tak terlalu bersemangat ingin menonton televisi, namun aku merasa malam ini lebih baik aku menghabiskan waktu menatap sedikit film film action.
Tadi anakku sedang kumat kebawelannya. Ia selalu takut saat aku mulai menyelimutinya dan mematikan lampu kamar redup. Dia bilang ada monster yang mengincarnya. Monster dan monster. Aku menggeleng. Imajinasi anak kecil yang terlalu buas.
Aku menatap scene demi scene di tv yang berlalu dengan cepat dan tidak jelas--atau aku saja yang tidak fokus menonton? Aku menggosok mataku, tapi tampaknya aku mulai mengantuk. Aku sudah menguap malas beberapa kali dalam temperatur AC.
Aku mematikan tv. Membosankan. Lebih baik aku tidur. Kemudian aku menyadari keheningan yang menakutkan saat tak ada dengung televisi. Hawa yang dingin bergerak gerak mengelus tengkukku--atau mungkin hanya khayalanku saja? Benar benar perasaan yang... aneh... dan susah dijelaskan, seperti tengah diawasi. Entah terdorong apa, aku merasa tidak enak dan memutuskan cepat cepat pergi dari ruangan tamu yang remang remang tanpa pencahayaan kecuali dari lampu toilet yang jelek.
Aku melaju dengan cepat menuju ke atas tangga tingkat atas dengan napas yang tak karuan. Menuju kamar anakku, aku dan Devin anakku masih tidur bersama. Aku membuka pintu kamar bercat citrus dengan sticker Thomas and Friend yang agak terkelupas. Sontak keremangan meruak keluar dengan kilat. Hanya bias keperakan rembulan yang diam diam memberi cahaya lewat jendela.
Aku segera masuk tanpa menyalakan lampu dan ruangan itu seperti... sunyi dan dingin. Devin pasti sudah terlelap nyenyak. Aku menenggelamkan badanku di samping kasurnya yang cukup untuk dua orang. Aku berbaring kaku untuk beberapa detik. Sontak aku merasa sensasi yang aneh--ada yang hilang. Dan kemudian aku menyadarinya.
Aku meraba samping kasur. Kasur itu dingin seperti udara kamar ini, seakan sudah lama ditinggalkan. Sontak jantungku seperti dimasuki ribuan volt kejutan listrik. Tidak ada Devin! Aku tak mendapatkan sosoknya!
"Devin!" Pekikku panik dalam kegelapan.
Hening.
Dengan panik aku berdiri kembali dan menyalakan lampu. Bunyi lampu itu sangat menyeramkan bagiku, seolah menyingkap sesuatu yang mengerikan.
CLAK
Tak ada Devin.
Kemudian aku baru sadar ada surat dengan tulisan khas anak kecil diatas bantal Devin.
Dan jendela kamar yang tertuju kebawah terbuka sangat lebar.
Tamat
0 comments:
Post a Comment