Kagome
Kakak perempuanku datang ke rumahku untuk pertama kalinya sejak 3 tahun terakhir. Aku belum pernah melihat keponakanku, namun sepertinya ia telah tumbuh menjadi anak yang cerdas. Karena beberapa tanda lahir di wajah dan tubuhnya, ia tak memiliki banyak teman seumuran. Namun ia memiliki banyak tenaga untuk bermain dan ketika ia lelah, aku memutuskan untuk menyanyikannya sebuah lagu.
.....
"Kagome, Kagome
Ada burung di perut naga
Kapan? Kapan? Kapan ia akan keluar?
Bangau dan kura-kura, tergelincir saat malam sebelum fajar
Siapa di belakangmu?"
.....
“Hei, apa bibi tahu lagu ini sebenarnya tentang membunuh bayi dalam kandungan?”
Aku hanya terdiam karena tak menyangka ia akan mengatakan hal seperti itu. Keponakanku itu hanya menatapku, menunggu jawabanku.
“Maksudku ibu yang menyanyikan lagu ini ketika anaknya masih berada dalam perutnya. Sebenarnya, dia ingin bayinya mati. Menyeramkan kan?” katanya lagi.
“Apa maksudmu?” Aku terkejut anak sekecil itu bisa berkata demikian, dan membingungkan.
“Ibu mengambil sebuah tongkat keras kemudian ditusukkan ke tempat bayi agar keluar dari perut. Setelah itu, bayinya akan dibuang ke tempat sampah. Itu namanya aborsi kan, bi?”
Astaga, pikirku. Darimana anak sekecil ini memiliki bayangan semengerikan itu? Apa yang kakakku ajarkan pada anak ini?
“Darimana kau belajar seperti itu?” tanyaku. Aku takut ia mendapatkannya dari teman-temannya.
“Bahkan di dalam perut mama, aku bisa mendengar dan merasakan... Rasanya sakit sekali dan aku benar-benar takut. Aku menangis kalau ingat hal itu.”
Sejak saat itu aku benar-benar memperhatikan tanda-tanda lahir yang ada di sekujur tubuh keponakanku.
Tamat
0 comments:
Post a Comment