Kayako
Ketika Kayako masih kecil, kedua orang tuanya menelantarkannya. Ia menghabiskan masa kecilnya dengan perasaan depresi dan kesepian. Ia tidak memiliki teman dan anak-anak di sekolahnya mengganggap bahwa ia menyeramkan dan sering mengganggunya.
Kayako tumbuh dewasa dan menikah dengan seorang pria bernama Taeko Saeki. Ia merasa bahwa suaminya adalah satu-satunya orang di dunia ini yang peduli kepadanya. Mereka hidup bahagia bersama dengan seorang anak laki-laki bernama Toshio.
Suatu hari, suami Kayako sedang membereskan kamar mereka dan menemukan buku harian milik Kayako. Ketika ia membacanya, ia yakin kalau Kayako berselingkuh. Ketika Kayako pulang dari tempat kerjanya dan naik ke lantai atas, suaminya telah menunggunya, menggenggam sebuah pisau. Ia memukuli Kayako dan menusukinya dengan ganas tepat di hadapan anak mereka.
Kayako mencoba untuk melarikan diri, namun suaminya mengejarnya. Pikirannya dipenuhi amarah. Dengan tubuh tertutupi darah, Kayako terpeleset dan jatuh, membuat pergelangan kakinya patah. Tidak kuat lagi untuk berdiri, ia pun merangkak menuruni anak-anak tangga, akan tetapi ketika ia mencapai pintu depan, suaminya berhasil menangkapnya. Ia memegangi kepala Kayako dengan kedua tangannya dan memelintirnya, membuat lehernya patah.
Kayako masih hidup, namun ia lumpuh. Satu-satunya suara yang dapat ia hasilkan adalah suara memerintih yang serak. Suaminya menyeretnya ke lantai atas, memasukannya ke dalam kantong plastik hitam besar dan meninggalkannya di loteng hingga ia tewas. Kemudian ia menenggelamkan anaknya dalam bak mandi dan meletakkan jasadnya di dalam lemari.
Karena Kayako tewas dalam rasa sakit, penderitaan, dan amarah, ia mencadi roh pendendam. Ia menampakkan diri di hadapan suaminya dan mencekik sang suami dengan rambutnya. Jasad suaminya ditemukan tergeletak di jalanan dan polisi berpikir bahwa ia bunuh diri.
Sejak saat itu, Kayako menghantui rumah di mana ia tewas. Dikatakan bahwa jika kamu masuk ke dalam rumah tersebut, kamu akan mendengar suara rintihan Kayako. Lalu kamu akan melihatnya merangkak menuruni tangga, dengan tubuh tertutupi drah dan kepalanya yang menghadap 180 derajat dengan suara kretakan yang menjijikan.
Cerita ini telah muncul dalam film The Grudge (atau Ju-on di Jepang).
Tamat
0 comments:
Post a Comment