Outside Lights
Hope benci sendirian di rumah. Teman-temannya suka kalau ditinggal sendirian di rumah oleh orangtua mereka, dan mereka suka menyombong soal memberontak dan melakukan hal-hal yang biasanya dilarang saat orangtua ada di rumah. Tapi, Hope bukan tipe pemberontak seperti itu.
Malam itu, orangatua Hope pergi makan malam dan menonton, dan nampaknya tak akan pulang sebelum larut. Hope duduk di sofa dan membaca novel Stephen King, tapi tak lama kemudian, dia mulai gelisah. Matanya melirik ke berbagai penjuru rumah, dan terpaku pada pintu dapur yang terbuka. Lampu dapur dimatikan, dan kegelapan di ruangan itu sedikit menakutkan. Hope tak bisa tidak membayangkan seseorang ada di ruangan itu, mungkin memerhatikannya sambil menyeringai.
Hope berlari ke arah dapur dan menggabrukkan pintunya sampai menutup, lantas melompat mundur, setengah mengira ada tangan yang akan mencengkeram lengannya. Tapi tak ada yang terjadi. Merasa lega, Hope kembali ke sofa dan menyalakan TV. Episode terbaru Criminal Minds sedang ditayangkan, tapi Hope memilih Cartoon Network. Sudah cukup cerita seram untuknya. Karena posisinya yang nyaman, tak butuh waktu lama bagi Hope untuk tertidur.
Hope terbangun sejam kemudian ketika cahaya menyorot wajahnya lewat jendela. Ketika ia terbangun dengan kesal, cahaya itu menghilang. Pikirnya, mungkin itu lampu sorot mobil yang lewat. Akan tetapi, cahaya itu muncul dan menyorot lagi ke arahnya, dan menghilang lagi. Cahaya itu muncul beberapa kali lagi dengan singkat, dan menghilang dengan cepat.
"Kenapa ada cahaya seperti itu?" Pikirnya. Hope buru-buru menyalakan TV lagi dan menaikkan volumenya. Tapi, beberapa saat kemudian, televisinya mati, begitu pula lampu di seluruh rumahnya. Mati listrik seperti ini sebenarnya tak aneh di lingkungan tempatnya tinggal, tapi yang aneh adalah cahaya asing itu, yang berkedip-kedip lagi ke arahnya.
Hope mulai ketakutan. "Bagaimana kalau ada orang yang mencoba memancingku? Aku mungkin dibuntuti orang sinting!" Pikirnya. "Bagaimana kalau dia bisa melihatku dari luar?"
Hope melihat ke luar jendela, dan perasaan bahwa dirinya diikuti makin kuat. Ia langsung melesat ke sudut ruangan dan meringkuk di kegelapan, dan sorotan cahaya asing itu berkedip-kedip lagi, dengan frekuensi yang semakin intens. Hope merayapi lantai hingga ke pintu dapur, mengulurkan tangan untuk membuka kenopnya, dan masuk ke dapur sebelum menutup pintunya, menghalangi cahaya tersebut. Dia meraba-raba dalam kegelapan sebelum menemukan pisau dapur, lantas duduk di kursi di pojok dapur.
Sorotan cahaya itu akhirnya berhenti berkedip, dan Hope tersenyum lega.
****
1 jam kemudian, orangtua Hope pulang. Mereka membuka pintu dan langsung disambut keheningan. Ketika mereka masuk ke dapur, pemandangan mengerikan menyambut mereka.
Hope terduduk di kursi dengan kepala terkulai ke belakang sandaran kursi, ekspresi tak percaya tergurat di wajahnya. Tenggorokannya koyak berlumur darah, dan pisau dapur tergeletak di samping kursinya.
Ketika polisi datang dan menyisir rumah itu, mereka juga menemukan mayat seorang gadis remaja di selokan dekat rumah Hope. Tubuhnya penuh luka tusukan, dan lehernya digorok seperti Hope.
Di tangannya, tergenggam sebuah senter.
Gadis itu nampaknya berusaha memberi sinyal untuk memperingatkan Hope bahwa ada seseorang memasuki rumahnya.
Tamat
0 comments:
Post a Comment