Our Baby Boy
Aku menggendong bocah kecilku yang baru berusia 3 minggu ketika suamiku, Tom, menyiapkan kamera videonya. Kami berdua sedang menyiapkan kejutan untuknya, jadi kami sangat bersemangat. Bayi kami sangat berharga bagi kami, salah satu anugerah terbesar dalam hidup kami.
"Aku hampir siap," ujar Tom sambil tersenyum dan menyesuaikan kameranya untuk terakhir kalinya sebelum merekam kami. "Sayang sekali orangtuamu tidak bisa datang. Mereka pasti akan senang melihat anggota keluarga terbaru kita."
"Tak apa-apa, nanti mereka bisa melihat videonya," ujarku.
"Baiklah, aku sudah merekam. Tunjukkan kejutannya pada anak kita," ujar Tom gembira.
Aku mengangguk dan meletakkan bayiku yang sedang tertidur. Segera setelah bayiku kuletakkan di dalam tangki kaca besar itu, dia perlahan-lahan terbangun.
Di sebelah bayiku, sudah ada ada bayi lain. Ketika kami menyalakan lampu di atas tangki kaca, cahayanya mengenai wajah anak itu, dan dia langsung menangis keras. Mengganggu sekali.
"Paling tidak tangisannya tidak sekeras rengekan ibunya," gumam Tom.
Bayiku mulai menjulur-julurkan lidahnya, dan mendekati bayi yang dibawakan Tom. Anak itu menangis keras ketika bayiku menatapnya. Tom merekam dari dekat, memastikan kami tidak akan melewatkan adegan makan bayiku. Anak itu menangis makin keras ketika bayiku mulai merayap melingkarinya, mencari-cari bagian terenak untuk digigit.
Tamat
No comments:
Post a Comment