Sunday 1 February 2015

Creepypasta Indonesia - Experience - Mysterious Woman

Mysterious Woman

Namaku Luha. Aku akan menceritakan pengalamanku dulu, saat acara perpisahan sekolah.
Kami merencanakan untuk membuat acara perpisahan sendiri yang berisikan teman sekelas kami saja. Kami akan menyewa sebuah villa kecil di daerah Ciater. Niatnya sih kami ingin semua teman sekelas ikut kumpul dan membuat rencana setelah lulus nanti. Tapi justru karena hal tersebutlah kami mendapatkan hal buruk.

Sekitar pukul delapan malam, Aku pergi menuju rumah Angga. Di sanalah tempat kami berkumpul sebelum pergi besok pagi.
Sesampainya di sana Ku lihat beberapa temanku sudah hadir. Ada yang sedang duduk di depan tv menonton bola sambil makan kacang, dan ada juga yang sedang asik mengobrol di ruang tamu. Tak salah memilih rumah Angga untuk menginap semalam sebelum pergi besok pagi, karena rumahnya cukup besar. Dan pada saat itu kedua orang tua Angga sedang pergi ke luar kota karena ada keperluan bisnis.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, teman ku Sahid mengajakku mencari makan di luar. Karena perutku juga merasakan lapar, maka aku mengikut saja dibelakang. Kami pergi berlima, temanku yang lain hanya menitip.

Rumah Angga terletak jauh dari jalan Raya. Untuk menuju jalan, kami harus berjalan terlebih dahulu di Gang yang sempit.

Udara malam itu sangat dingin. Mungkin karena Bandung baru saja diguyur oleh hujan. Dan suasana sudah sangat sepi. Ku lihat pedagang makanan sudah mulai berkemas untuk pulang. Mudah - mudahan di sekitaran sini masih ada tukang Nasi Goreng yang mangkal.
Sesaat kami berjalan menuju perempatan, "BRUUGGHH!!"

Terjadi kecelakaan motor. Jelas sekali kejadian tersebut terjadi di depan tempat kami berdiri. Spontan kami langsung berlari untuk membantu korban kecelakaan tersebut.


Kedua pengendara motor tersebut tersungkur di pinggiran jalan raya tersebut. Kulihat darah segar dimana - mana. Baru kali ini aku melihat kecelakaan motor separah ini. Kedua - duanya mengemudikan motornya sangat kencang.

Satu pria dan satu lagi wanita. Keduanya masih hidup, karena kulihat pria tersebut menggerakan badannya saat dibopong ke pinggir. Dan yang satu lagi, wanita, dia menjerit meminta tolong, "TOLOONG.. TOLOONG...!!" suara nya sangat lirih. Kasihan.

Temanku Andi ikut menggotong wanita itu ke pinggir jalan. Dan tak lama ku lihat sudah banyak orang yang berkerumun di sana. Mulai dari warga sekitar hingga pengguna jalan lainnya yang penasaran ingin melihat ada kejadian apa di sana.

Ku lihat dengan seksama wanita tersebut. Kepalanya pecah, darah berlumuran di wajahnya. helm yang dipakainya entah dimana. Karena tabrakan yang sangat keraslah yang menyebabkan seperti itu. Dan tak lama kedua korban tersebut dibawa oleh mobil untuk dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Setelah melihat kejadian tersebut, kami memutuskan untuk kembali pulang ke rumah Angga dan tak jadi membeli NasiGoreng. Nafsu makan kami hilang begitu melihat darah yang berceceran. Kami memutuskan untuk memasak mie saja untuk mengganjal perut lapar kami. Dan ku lihat baju yang dipakai Andi penuh dengan darah wanita tadi. Karena Ia menolongnya menggotong tubuh wanita itu.

"Sungguh Mengerikan." pikirku.

Singkat cerita,

Esok paginya, kami semua sudah berkumpul dan siap untuk berangkat menuju Ciater Villa yang telah kami sewa. "Ki, bawa motornya pelan-pelan aja ya!" pinta ku kepada temanku, Diki. Aku berboncengan dengan Diki. Aku masih ngeri memikirkan kejadian semalam.

Acara berjalan lancar normal - normal saja. Tetapi malam harinya.....

Kami rombongan hendak pulang ke villa tempat kami menginap. Setelah bersenang - senang, Kami pun pulang pada malam hari. Kami bepergian dengan 7 motor, berboncengan dengan yang lainnya. Udara terasa sangat dingin sekali. Dan hujan mulai turun deras, disertai dengan angin yang berhembus sangat kencang. Kami pun menghentikan laju motor kami, dan berteduh di sebuah kios kosong tak berpenghuni. Suasana sekitar sangat sepi, ditambah gelap malam yang hanya diterangi oleh sinar bulan. Di kios tersebut diterangi oleh lampu kecil yang menyala redup, menambah suasana menyeramkan di pikiranku.

Tiba - tiba saja, "Woy, daripada bengong mending kita dengerin cerita Nightmare Side aja gimana? Ini kan malam jumat, Bro?" seru Azim. Kami memang sering mendengarkan Acara Nightmare Side bersama. Tapi aku agak ragu melihat kondisi tempat sekitar, sangat menggambarkan suasana pemakaman umum.

Azim terlihat sangat bersemangat mengeluarkan Ponselnya, dan segera menyetel radio Ardan. Tepat sekali siaran Nightmare Side sedang berlangsung. Ternyata sudah di cerita ketiga. Dan kami pun semua mendengarkan dengan seksama.

Setelah ceritanya selesai, kulihat hujan sudah berhenti. "Gak sadar ujannya udah berhenti, Yuk Cabut!" perintah Sahid.

Entah kenapa saat akan pergi, ku lihat raut wajah Andi dan Azim sangat pucat. Seperti habis melihat setan. Aku tak sempat menanyakannya.

Sahid yang memimpin rombongan, dengan mengendarai motor paling depan tiba - tiba mengerem mendadak. Aku dan teman - teman lainnya terkejut keheranan. "Tadi gua liat perempuan!" jelas Sahid. "Serius gua gak bohong! Tadi kesorot sama lampu motor gua." Sahid menegaskan kalo dia benar.
"Ayo cepet pulang!" pinta Andi. dia nampak ketakutan.

Kami pun semua mempercepat laju motor kami. Ingin rasa nya cepat sampai villa. Sebab aku sedari awal berada di kios sudah merasa tak nyaman.

Saat sampai di villa, kami langsung masuk ke dalam dan berkumpul di ruang tengah. Ku lihat lagi Andi masih terlihat pucat. "Di, lo gak apa-apa?" aku coba bertanya.

Andi terlihat kaget mendengar pertanyaanku, "Ha, tadi di jalan gua liat perempuan yang waktu kemarin kita tolong. Wajahnya sama persis dengan luka parah di kepalanya."

Kami semua kaget dengar pengakuan Andi. Entah percaya atau tidak, Kami semua hening.
Lalu, "Dia meminta tolong untuk mencarikan bagian lidahnya yang hilang saat kecelakaan kemarin." jelas Andi lagi.

Lanjut dari pengakuan temanku yang lain, saat kami mendengarkan cerita Nightmare Side tadi, dia mendengar suara anak ayam. Namun terdengar sangat jauh sekali suaranya. Dan yang lain pun mengiyakan, bahwa mereka pun juga mendengarkan hal yang sama.

Jujur saja, aku pun juga mendengarkannya. Tetapi aku tidak berani membicarakannya. Karena takut mengganggu suasana.

Suasana seperti ini terus terjadi setiap malam jumat. Aku pun sering melihat sosok itu.

Tamat

No comments:

Post a Comment