AT FIRST IT WAS A BLINK
Pada mulanya, hanya kedipan.
Tapi kemudian, mereka mulai memandang. Mereka akan melirik tajam padaku. Aku berusaha mengacuhkan mereka dan melanjutkan pekerjaanku, tapi semakin hari kian terasa sulit. Aku adalah pegawai baru di tempat persewaan ini, jadi aku belum punya teman satu pun. Aku rasa pegawai lain takkan suka jika mendengar keluh kesahku, oleh sebab itu aku memendamnya sendiri sembari melipat baju-baju.
Tapi mereka malah jadi semakin ngelunjak. Mereka akan menengok ke arahku dan menghunjamiku dengan tatapan dingin mereka. Aku mengira bahwa aku salah lihat, tapi arah tatapan mereka memang tertuju padaku; kepala mereka berputar lalu mereka memandangiku. Mereka membuatku takut. Apakah mereka juga melakukan ini pada karyawan lain, atau hanya aku? Kadang mata mereka akan mengikutiku saat aku lewat. Kadang mereka akan menundukan kepala saat aku berlutut di depan mereka. Aku hanya bisa menggigit bibir menahan tangis.
Suatu hari aku berada terlalu dekat. Dia tak menunjukan gelagat apapun ketika aku hendak mengganti pajangan baju di etalase, jadi aku beranikan diri untuk menatapnya. Dia tengah memandang ke arah lain. Tapi kemudian, tiba-tiba kepalanya menoleh cepat ke arahku, dan ia melakukan hal yang sangat menyeramkan. Awalnya ia berkedip. Lalu kemudian, ia tersenyum.
Aku mengundurkan diri hari itu juga, dan bersumpah untuk tak lagi bekerja di tempat persewaan. Manajerku mempertanyakan pengunduran diriku. Jantungku berdegup kencang sembari ku ambil jaketku dan bergegas pergi. Tanpa menoleh lagi, aku berteriak pada manajerku yang diam tercengang di depan pintu toko,
"Saya tak mau lagi memakaikan baju pada manekin-manekin itu."
Tapi kemudian, mereka mulai memandang. Mereka akan melirik tajam padaku. Aku berusaha mengacuhkan mereka dan melanjutkan pekerjaanku, tapi semakin hari kian terasa sulit. Aku adalah pegawai baru di tempat persewaan ini, jadi aku belum punya teman satu pun. Aku rasa pegawai lain takkan suka jika mendengar keluh kesahku, oleh sebab itu aku memendamnya sendiri sembari melipat baju-baju.
Tapi mereka malah jadi semakin ngelunjak. Mereka akan menengok ke arahku dan menghunjamiku dengan tatapan dingin mereka. Aku mengira bahwa aku salah lihat, tapi arah tatapan mereka memang tertuju padaku; kepala mereka berputar lalu mereka memandangiku. Mereka membuatku takut. Apakah mereka juga melakukan ini pada karyawan lain, atau hanya aku? Kadang mata mereka akan mengikutiku saat aku lewat. Kadang mereka akan menundukan kepala saat aku berlutut di depan mereka. Aku hanya bisa menggigit bibir menahan tangis.
Suatu hari aku berada terlalu dekat. Dia tak menunjukan gelagat apapun ketika aku hendak mengganti pajangan baju di etalase, jadi aku beranikan diri untuk menatapnya. Dia tengah memandang ke arah lain. Tapi kemudian, tiba-tiba kepalanya menoleh cepat ke arahku, dan ia melakukan hal yang sangat menyeramkan. Awalnya ia berkedip. Lalu kemudian, ia tersenyum.
Aku mengundurkan diri hari itu juga, dan bersumpah untuk tak lagi bekerja di tempat persewaan. Manajerku mempertanyakan pengunduran diriku. Jantungku berdegup kencang sembari ku ambil jaketku dan bergegas pergi. Tanpa menoleh lagi, aku berteriak pada manajerku yang diam tercengang di depan pintu toko,
"Saya tak mau lagi memakaikan baju pada manekin-manekin itu."
0 comments:
Post a Comment